Thursday, April 07, 2022

Cari Rezeki Di mana Aja

Photo by Gijs Coolen on Unsplash



Bismillahirrahmanirrahiim

Three weeks ago I visited West Java Public Library (Perpustakaan Umum Jawa Barat) located at Jl. Kawaluyaan Indah II No. 4 Soekarno Hatta Bandung, West Java by using ojol. I was so amazed when I arrived there because the building is awesome! Bangunannya tinggi, terdiri dari 4 lantai, petugasnya yang ramah, protokol kesehatannya juga ketat (masuk ke gedung ini harus dibuktikan dengan aplikasi PeduliLindungi atau kartu vaksin dosis 2 pas waktu aku ke sana), dicek suhu juga, dan waktu itu sayangnya aku cuma bisa masuk di area lantai satunya aja karena masih pandemi belum bisa main ke lantai atas. Jadi cuma bikin kartu anggota aja deh habis itu pulang lagi. 

Dikesempatan yang baik ini, bukan itu sih inti yang ingin aku share ke temen-temen semua. Yang aku ingin share adalah cerita pas perjalanan menuju ke Perpustakaannya. Ok, because I don't have private vehicle so I chose ojol. Selama perjalanan Mamangnya nanya-nanya soal,

"Boleh gak jalannya ke sini?"

"Jalannya ke sini aja ya gak apa-apa? Biar cepat."

Dan aku cuma jawab,

"Iya Pak."

"Ya gak apa-apa Pak asal sampai aja." Dengan mata yang lirik kiri-kanan, melihat-lihat jalan yang dilalui. Karena memang sejatinya aku gak tahu ini jalannya ke mana dan harus ke mana jadi ya udah terserah Mamang Ojolnya aja yang penting sampai di tempat tujuan.

Hingga kemudian si Mamangnya mulai nanya-nanya, apa aku kuliah, kerja, dll yang kemudian aku bilang sendiri ke si Mangnya bahwa aku bukan asli orang Bandung.

"Oh bukan orang Bandung, dikira teh orang Bandung. Pantesan saya tanya jalannya dari tadi Tetehnya jawab ngikut aja." 

"Hee iya Pak maaf. Soalnya saya baru pindahnya juga."

"Asli mana gitu Teh?"

"Asli Tasik Pak."

"Oh Tasik. Tasiknya di mana?"

"Tasik kota." 

"Oh iya geningan orang Tasik. Sami abi oge ti Tasik Teh." (Oh iya ternyata orang Tasik. Sama saya juga dari Tasik.)

Si Mamang ojolnya langsung ganti jadi pakai bahasa Sunda dan aku agak terkejut bercampur senang karena bertemu dengan orang yang sama dari daerah asal. 

"Oh gitu ya Pak. Bapak Tasikna di mana? Atos lami di Bandungna?" (Oh gitu ya Pak. Bapak Tasiknya di mana? Sudah lama tinggal di Bandungnya?)

"Abi mah Tasikna di ujung. Nembe satahun Teh. Pami istri sami ti Tasik kota." (Saya Tasiknya di ujung. Baru satu tahun Teh. Kalau istri sama dari Tasik kota.)

"Oh jadi istri Bapak mah aslina ti Tasik Kota." (Oh jadi istri Bapak aslinya dari Tasik Kota)

"Muhun calikna ge ayeuna diditu sareng pun anak." (Iya tinggalnya juga sekarang sama di sana sama anak juga)

Aku mengerutkan kening. Tinggal di sana?

"Jadi Bapak sama istri LDR gitu? Tasik-Bandung?"

"Iya Teh. Seminggu atau dua minggu sekali baru pulang ke Tasik."

"Di sini Bapak nge kost?"

"Iya saya di sini nge kost Teh. Teteh di Bandung sama saudara atau ada saudara?"

"Oh gitu ya Pak. Keren-keren. Saya di Bandung nge kost dan gak ada saudara."

"Kenapa jauh-jauh ke Bandung kerjanya? Kenapa gak di Tasik aja?"

"Hehee. Udah rezekinya kali Pak. Soalnya saya kemarin di Tasik gak nemu-nemu."

"Iya ketang gak apa-apa. Nyari rezeki mah di mana aja asal halal. Saya juga nyari penumpang di Bandung enggak di Tasik. Nyari pengalaman sama suasana baru."

"Iya ya pak."

"Iya Teh. Kan bumi Allah itu luas. Di mana pun juga kita bisa cari rezeki di sana. Selama itu halal dan barokah."

Aku hanya diam sambil mengangguk-anggukkan kepala. Dalam hati, keren ini si Bapak. Berani LDR sama istrinya demi mencari nafkah. 

Tak terasa perbicangan kami pun akhirnya harus terhenti karena sudah sampai di lokasi. 

"Pokoknya mah jangan takut. Inysa allah selalu ada rezekinya." Tutup si Bapak begitu aku mengembalikan helmet dan menyerahkan uang kepada si Bapak ojol tersebut.  

Aku langsung teringat pada satu ayat dalam Al-Qur'an,

"Apabila sholat telah dilaksanakan, carilah karunia Allah maka bertebaranlah kamu di bumi dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung." (Q.S Al-Jumu'ah : 10)

Ayat ini memang kaitannya adalah dengan Sholat Jum'at. Namun yang menjadi inspirasi bagi aku adalah di kalimat "carilah karunia Allah maka bertebaranlah kamu di bumi." Selain itu di ayat lain, di Q.S An-Nisa ayat 97 Allah berfrman,

"...Mereka (para malaikat) bertanya: "Bukankah bumi Allah itu luas sehingga kamu dapat berhijrah (berpindah-pindah) di bumi itu?"...." 

Dua ayat ini yang memotivasi aku untuk akhirnya memutuskan hijrah ke Bandung. Meski memang terasa berat, namun karena ingin mendapatkan hal yang lebih (bukan soal materi saja, pengalaman dan ilmu tentunya yang tidak bisa terganti nilainya) dan karena tadi bertemu si Mamang Ojol aku jadi semakin semangat. Beliau saja rela meninggalkan istri dan anaknya demi mendapatkan keuntungan yang lebih. 

Dan selama perjalanan pulang aku masih teringat obrolan dengan si Mamang Ojol itu. Kadang begitu ya Allah kalau mau nasehatin kita dengan cara apa saja. Bisa jadi perbincangan tadi dengan Mamang Ojol adalah cara Allah menyemangatiku atas keputusan yang sudah aku ambil. Thanks Allah. Alhamdulillah. 

Untuk kamu yang saat ini berjuang dan menjadi anak rantau tetap semangat ya! Hal yang harus aku relakan adalah berpisah dengan keluarga dan ini sangat jauh sekali dengan pengorbanan si Bapak ojol tadi yang harus berpisah dengan anak istrinya. Karena sejatinya apapun yang akan kita dapatkan tentunya harus  ada yang kita lepaskan. 

Love,

Ihat

Share:

Wednesday, April 06, 2022

Membaca Kembali Isi Surat

 

Photo by Andrew Dunstan on Unsplash


Malam ini entah kenapa perasaan aku sendu. Entah mungkin rindu atau bagaimana yang jelas setelah melihat memori-memori beberapa tahun belakang. Tersenyum, tertawa, menitikkan air mata begitu satu persatu foto-foto itu muncul di layar laptop. Aku tahu waktu yang telah hilang tak akan pernah bisa kembali. Mungkin dengan seperti ini salah satu caranya agar bisa kembali mengingatnya. Mustahil kan untuk bisa kembali ke masa lalu dengan menggunakan mesin waktu seperti Nobita yang meminta bantuan kepada Doraemon?

Hal yang paling menyesakkan sampai saat ini adalah surat ucapan kelulusan atas wisudaku satu tahun yang lalu yang ditulis oleh anak-anaku, FULATION. Surat yang ku baca untuk pertama kalinya pada malam hari setelah siangnya acara wisuda dan saat itu perasaanku meledak. Aku menangis tersedu-sedu. Hinga barusan, saat aku tak sengaja menemukannya kemudian kembali membacanya rasanya masih sama; masih meneteskan air mata. Terima kasih sudah mau direpotkan dan diajak kerja sama. Aku gak tahu lagi harus berkata apa karena tak ada yang bisa menggantikan kalian.

Semoga urusan-urusan kalian dipermudah ya anak-anak. Mari sama-sama kembali lagi berjuang walau tak lagi bergandengan tangan. Mari sama-sama berdoa meski jarak yang memisahkan. Mohon maaf atas segala khilaf yang pernah dilakukan. Terima kasih untuk suratnya yang membuatku kembali percaya diri untuk terus berjuang!

Tonight let me share about the letter from my students.



Love,

Ihat

Share:

Monday, March 28, 2022

Begini Ya Rasanya Jadi Anak Kost

Foto oleh Jose Barrios dari Pexels


Bismillahirrahmanirrahiim

Actually this is so surprising for me karena bener-bener dadakan dan diluar rencana. Yang pada awalnya enam tahun sembilan bulan tinggal di asrama dan sekarang harus tinggal di kostan, sendirian lagi. Ya namanya juga tinggal di asrama dalam satu ruangan tentunya gak sendirian dong, ada banyak temen-temen lain yang sama tinggal dalam satu ruangan. Terbiasa berisik, makan bareng-bareng, kemudian pasti sering ngobrol dan sekarang harus berubah seratus delapan puluh derajat dengan kondisi kostan yang sendirian, sepi, dan apa-apa harus sendiri. Di awal-awal aku sering nangis dan pasti nelfon orang rumah atau teman-teman di asrama.

Specifically, the differences are:

1. Yang biasanya pulang piket ke asrama akan disambut dengan panggilan anak-anak atau ruangan yang ramai kali ini setiap pulang dari sekolah pas sampai kostsan suasananya hening. Paling-paling merebahkan diri di kasur sambil melihat langit-langit kamar yang masih bersih.

2. Dulu pas masih di asrama untuk urusan makan gak perlu repot mikir mau makan apa dan beli di mana karena sudah disediakan oleh dapur tiga kali sehari: pagi, siang dan malam. Tinggal ngambil aja ke dinning room. Sekarang? Hmm.. masak sendiri repot karena gak suka habis. Belanja sayurannya juga gak bisa dalam porsi sedikit. Beli ya gitu-gitu aja. Kalau mau paling pesan makanannya lewat aplikasi.

3. Kalau makan biasanya ada temen atau enggak kalaupun makannya sendiri masih ada yang bisa di ajak ngobrol. Sekarang setelah nge kost? Bener-bener hening. Cuma makan sendiri gak ada temen ngobrol, gak ada temen makan. Makannya kadang sekarang kalau lagi makan suka sambil main handphone atau enggak sambil dengerin radio. Karena sepi banget juga gak enak. Gimana gitu.

4. Kalau ada apa-apa ya mau gak mau harus dihadepi sendiri karena gak ada orang yang bisa diandalkan. Misal ketika ada kecoa. Ya mau gak mau harus menghadapinya sendiri. Ya kali nelfon mereka suruh dateng dari Tasik ke Bandung. Kan kelamaan😅.

5.  Kalau mau pergi kemana-mana pastikan isi kostan udah aman seperti lampu-lampu dalam keadaan mati, terminal listrik dicabut kalau gak dipakai. Jangan lupa dikunci. Kalau pas di asrama kalau mau pergi ya pergi karena di ruangan kan ada temen yang nungguin. 

6. Di sisi lain enaknya sih ya untuk belajar, untuk menulis suasananya hening jadi lebih fokus. Toilet cuma buat sendiri jadi gak perlu antri. Kalau di asrama kan ya pasti ba’daki ba’daki sebelum mandi. (Yang pernah mondok pasti faham maksudnya).

Terlepas apapun kondisi aku saat ini, I say thanks to Allah because He has permitted me to live alone in the kost with the new situation. And this situation teaches me everything include how to survive. Karena ini bener-bener keluar dari zona nyamannya aku. Yang biasanya selalu ada di sekitar aku, yang jaraknya dekat kayak mau ngambil uang ke ATM tinggal jalan ke depan gerbang langsung ada, mau beli bubur di pagi hari atau di malam hari tinggal jalan aja deket dan selalu ada. Mau beli air kelapa misalnya tinggal jalan kaki aja udah sampe. Sekarang? Mau ke ATM (yang sama ATMnya) need more effort. Jalan agak jauh atau enggak naik ojeg. Mau beli bubur ada sih tapi pagi aja kalau mau malam ya agak jauh juga tempatnya.

Tapi gak apa-apa. Alhamdulillah sekarang ya sudah mulai terbiasa dengan suasana baru ini. Enggak ada lagi males-malesan after shubuh karena kalau males-malesan dipastikan telat untuk sampai ke sekolah. Senin-Jum’at bener-bener full dan I must learn how to manage time well. Karena serba sendiri sebenarnya gak enak *kode keras 😂. Keuangan untuk urusan bayar sewa kost, makan, minum, keperluan pribadi mau tidak mau harus benar-benar diperhitungkan. Karena kan sebelumnya gak pernah tuh bayar sewa pas lagi di asrama, makan, minum free!  But once more, namanya juga hidup apapun itu yang terjadi hadapi dan jalani.


Love,

Ihat


Share:
My photo
I'm a storyteller who could look back at my life and get a valuable story out of it. I'm trying to figure things out by writing. Welcome to my journey! Please hit me up ihatazmi@gmail.com