Sunday, January 23, 2022

Kalau Lihat Ikan Lumba-Lumba Jadi Ingat...

Photo by Ádám Berkecz on Unsplash

Bismillahirrahmanirrahiim

Sore tadi ketika aku sedang memeriksa gambar hasil anak-anak, ada seorang anak yang menggambar seorang anak perempuan sedang dicium oleh ikan lumba-lumba. Aku tertegun dan cukup lama memandangi gambar itu di layar komputer. Aku tersenyum kecut mengingat aku tidak pernah ada diposisi si anak perempuan yang ada digambar ini.

Aku jadi inget masa TK aku. Let me tell you here.

Usiaku saat itu lima tahun. Anak TK yang kalau berangkat ke sekolah tuh gak pernah diantar. Jarak antara rumah dengan sekolah lumayan lah sekitar 650 meter pas aku cek sekarang pakai Google Maps. Jalan kaki sendiri atau bareng sama temen-temen yang lain tapi sih seringnya sendiri. Kalau zaman sekarang udah jarang ya anak TK jalan sendiri sekolah. Rata-rata diantar naik motor kan? Zaman aku dulu sih udah biasa anak ke sekolah sendiri. Jadi waktu itu sekolah aku ngadain semacam apa ya kayak main gitu lah atau kunjungan kali ya namanya? Ya pokoknya waktu itu diluar hari sekolah kalau gak salah, sekolah aku ngadain kunjungan buat nonton pertunjukan lumba-lumba tepatnya di acara festival kota. Sekolah ngasih pilihan antara orang tua boleh ikut tapi bayarnya double, atau yang gak ikut orang tuanya juga gak apa-apa karena semua guru ikut dan mendampingi juga. Orang tua aku pilih yang, ok kamu berangkat sendiri. Dan saat itu aku sebagai anak pertama yang gak punya pengalaman apa-apa (maksudnya pengalaman dari Kakak, iyalah namanya juga anak pertama) cuma ngangguk-ngangguk aja yang penting udah ikut aja asik kan nonton lumba-lumba.

Besoknya pas mau berangkat Mamah ngasih aku bekel makanan yang dimasukin ke kotak makanan. Aku lupa lagi makanannya apa yang jelas yang masih ingat makanan pasar lah ya dan juga uang Rp. 1000,-. Ini lebih gede dari uang jajanku yang biasanya cuma Rp. 500,-. Hanya saja Bapakku menegur Mamah kok ngasihnya cuma seribu dan Bapak ngambil uang aku yang seribu itu dan menggantinya dengan uang Rp. 5000,-. Waw! Lima ribu! Zaman dulu tahun 2003 duit lima ribu berharga banget! Bisa jajan sepuasnya! Ok. Aku dianterin dulu ke sekolah sebelum Bapak pergi ke bengkel, dibonceng naik sepeda. Sementara itu Mamah seperti biasa pergi ke rumah Ua buat bantu-bantu.

Sesampainya di depan sekolah, Bapak wanti-wanti sama aku soal uang, jangan hilang terus kalau bisa harus ada sisanya. Aku saat itu cuma iya iya aja, salim lalu berhamburan masuk kelas dengan perasaan bahagia. Namun begitu aku masuk kelas beberapa orang tua murid justru banyak yang ikut. Aku sih gak peduli banget ya waktu itu. Nah sebelum berangkat itu aku sama temen-temen jajan dulu di sekolah sampai akhirnya kembalian uang aku yang jumlahnya tiga ribu itu, aku langsung masukin aja ke kantong celana seragam aku. Dan tanpa aku sadari lagi itu kantong celananya ternyata dangkal banget. Dengan uang seribuan lembaran yang gak aku lipet rapih dan aku masukin langsung gitu ke aja ke kantong celana aku itu ternyata uangnya jatuh tepat di ambang pintu! Teman-teman aku yang lain pada ribut itu uang siapa yang jatuh. Aku yang liatnya masa bodo. Karena aku fikir  uang aku kan aman ada di kantong celana. Dan pada saat itu parahnya lagi aku gak ngecek uang aku masih ada apa enggak.

Berangkatlah kita ke festival kota itu naik kereta odong-odong. Sesampainya di sana tentu kita jalan ya, mengitari festival itu sendiri. Agak siangan kayaknya ketika sampai di acara pertunjukan lumba-lumba itu. aku buru-buru membuka bekal yang tadi disiapkan mamah dan memakannya begitu sampai di sana. Air minum pun aku cuma bawa sedikit. Ternyata acara lumba-lumba itu cukup lama lah ya (mungkin karena aku masih kecil waktu itu). nah pas diakhir acara si penjaganya bilang yang mau diphoto sama lumba-lumbanya bisa mendaftar terlebih dahulu dengan membayar Rp. 20.000,- Aku buru-buru merogoh isi saku celanaku dan aku langsung panik begitu ternyata isi saku celanaku kosong! Aku teringat uang yang tadi jatuh diambangppintu kelas. Jangan-jangan tadi  itu uang aku yang jatuh? Sementara itu teman-teman aku yang membawa uang lebih  udah ikut mendaftar, apalagi yang ikut bersama orang tuanya. Aku cuma menatap mereka dengan tatapan nanar kalau harus aku expresikan sekarang. Cuma waktu itu karena aku gak ngerti sama emosi yang aku rasakan saat itu, saat liat mereka antri buat diphoto rasanya kok sakit ya. Kenapa Mamah aku gak ikut juga sama aku di sini? Padahal pengen banget diphoto sambil dicium lumba-lumba.

Beberapa temanku yang sudah mendapatkan cetakan photonya langsung lonjak-lonjak bahagia sambil memamerkan cetakan photonya itu kepadanya ibunya, sementara aku yang masih duduk di kursi penonton cuma bisa nonton sambil kefikiran uang itu ilang ke mana

Hari semakin siang dan perut aku juga udah mulai keroncongan. Selain itu aku pun kehausan. Aku menahan lapar dan haus sejak menonton pertunjukkan lumba-lumba tadi. Dan setelah menonton pertunjukkan lumba-lumba itu acara dilanjutkan dengan belanja. Jadi bagi anak-anak yang mau belanja silahkan, apalagi yang sama orang tuanya. Aku saat itu karena sendirian gak tahu harus pergi kemana. Aku cuma membuntuti rombongan sambil menahan rasa lapar dan haus. Sementara itu fikiranku kembali pada uang yang hilang itu karena takut nanti kalau pulang ke rumah dan ditanyai Bapak terus aku jawab hilang Bapak pasti akan marah besar. Sepanjang jalan udahlah panas, pusing karena aku berjalan dikelilingi oleh orang-orang dewasa yang emang tinggi-tinggi ya jadi pusing gitu. Sambil megang perut karena lapar dan saat itu aku gak menemukan guru aku. Guru aku entah pergi ke mana. Saat itu yang ada difikiranku cuma pengen buru-buru naik kereta odong-odong dan sampai sekolah habis itu pulang.

Begitu sampai sekolah aku pulang sendirian. Tidak dijemput dan harus berjalan kaki menuju rumah. Sementara itu uang kan udah gak punya, minum juga udah habis. Aku berjalan sendiri menuju rumah sambil menahan rasa haus dan lapar. Belum lagi panasnya terik matahari. Sekitar 10-15 menit aku baru bisa sampai rumah. Waktu itu yang aku ingat begitu sampai rumah, Mamah udah pulang dari rumah Ua karena memang jamnya untuk sholat dzuhur. Nah sesampainya di rumah itu aku langsung ganti baju , mengambil air minum, makan, sholat, habis itu ya pergi tidur. Mamah aku gak bilang apapun dan aku juga tidak mengatakan apapun karena aku lelah dan aku takut kalau aku bilang aku haus dan lapar selama di sana terus mereka jawab kan dikasih uang lebih terus aku jawab uangnya hilang, mereka akan memarahiku. Nah waktu itu Bapak aku juga udah pulang dari bengkel terus Bapak nanya uangnya nyisa atau enggak ya aku jawab uangnya habis soalnya aku haus. Padahal yang terjadi sebenarnya uangnya hilang dan aku kehausan selama di festival itu.

Aku gak berani cerita ini ke mereka sampai akhirnya kisah aku ini kembali terulang ke adek aku.

Pas aku lagi di asrama, Mamah nelfon aku bilang katanya adek aku ada acara renang di sekolah dan orang tua boleh ikut atau enggak (kondisi sekarang jauh berbeda dengan yang dulu. Mamah dulu dingin dan cuek beda dengan sekarang. Dan aku lebih dekat sekarang dengan Mamah termasuk dengan Bapak.) otomatis aku langsung ngambek dong begitu Mamah bilang Mamah gak akan ikut karena jualan. Aku bilang Mamah harus ikut, kalau soal biaya biar aku yang bayar. Aku kembali teringat kejadian aku dulu dan aku gak mau kejadian itu terulang lagi ke ade aku. Tapi takdir berkata lain…

Begitu aku pulang ke rumah karena di asrama sedang gak ada jadwal, Bapak cerita sama aku kalau Mamah aku ternyata gak ikut ke acara renangnya ade aku karena gurunya bilang kalaupun orang tua gak ikut tetap ada guru yang memantau. Ah bullshit! Dalam hati aku.  Alhasil adek aku sendirian ke sana dan saat itu tetangga aku yang ikut ke acara renang itu ngomel-ngomel ke Bapak aku lantaran adek aku kasian banget gak ada yang ngurusin, bajunya basah, dll. Bapak aku langsung pergi ke skeolah buat jemput adek aku. Dan Bapak gak tega banget liat kondisi ade aku yang iya cuma liat sana-sini sambil bengong. Aku cuma nelen ludah aja karena gak tahan aku juga punya pengalaman yang sama dulu.

Dan pengalaman aku itu baru aku sampaikan kebenarannya ke mereka pas aku usia 22 tahun. Mamah aku cuma diam dan terlihat ngerasa berasalah banget sampai kalau tiap kita ngumpul dan ngomongin soal itu Mamah tuh langsung menitikan air mata dan suka minta buat berhenti cerita tentang itu. Aku sadar kok dengan sifat Mamah yang mudah percaya sama omongan orang.

Makannya kalau pergi ke festival bayang-bayang aku kecil dulu tuh suka tiba-tiba datang aja. Atau enggak iya kalau liat gambar lumba-lumba. Langsung keingetan momen itu. Dan sebelumnya aku pernah cerita soal ini ke teman-teman aku, sayangnya dari mereka cuma bilang, itu sih biasa aja. Atau enggak, lebai cerita gitu doang nangis. Semenjak saat itu aku tak ingin lagi berbagi kisahku yang memang menurutku sangat menyedihkan pada orang lain. Cukup ditulis di sini saja. Karena dengan menulis aku bisa bebas menyampaikan apa yang ingin aku sampaikan dan apa yang aku rasakan.

Dari pengalaman aku ini aku cuma mau nulis poin-poinnya aja buat bekal nanti kalau aku udah nikah dan punya anak:

  1. As a mother ternyata harus serba tahu segalanya, meski kamu tidak mengalaminya dulu di masa kamu kecil atau karena baru punya anak, kamu bisa bertanya kepada orang lain atau rajin baca.
  2. Kalau ada acara di sekolah terus kalau orang tua sekiranya boleh ikut dan anak masih kecil lebih baik ikut.
  3. Sebagai orang tua ternyata jangan langsung menyalahkan si anak kalau si anak berbuat salah. Kasusku kan begitu karena sebelumnya-sebelumnya orang tua aku, terutama Bapak yang suka marah dan ngasih hukuman kalau aku salah maka di kasus ini aku memilih berbohong dari pada harus dimarahi dan mendapat hukuman.
  4. Sebagai guru kalau mengadakan acara seperti ini harus extra perhatian pada murid yang tidak didampingi oleh orang tuanya.
  5. Suatu saat nanti jika aku menjadi seorang Ibu, aku ingin lebih perhatian pada anak aku. Aku ingin anak aku kelak bisa mencurahkan segala isi hatinya tanpa menyalahkan dan juga menggurui.

Tapi soal lumba-lumba ternyata gak sampai di situ. Lumba-lumba juga mengingatkan aku pada seseorang yang selama ini selalu aku harapkan ternyata dia meminang orang lain di saat ribuan pertanyaan untuk dia belum aku sampaikan.

Ya udah sih mau gimana lagi. Setiap tanya kadang gak butuh jawaban cuma butuh penerimaan aja. Bener gak?

Love,



Share:

Saturday, January 22, 2022

Teruntuk Kegagalan

Photo by Steve Johnson on Unsplash

Bismillahirrahmanirrahiim

Teruntuk kamu yang sedang mengalami kegagalan.

Entah gagal karena gak lolos masuk PTN yang didambakan, gagal gak lolos test kerja, gagal nikah, gagal tunangan, gagal usaha, apapun itu bentuk kegagalannya. It’s ok. Gak apa-apa.

Dikecewakan, dikhianati, ditinggalkan, diremehkan, direndahkan.

Sakit rasanya. Ingin pergi, ingin lari, bahkan ingin rasanya mengakhiri hidup ini. Karena merasa dunia udah gak adil lagi bagi kehidupan kamu. Mimpi-mimpi yang sudah dibuat bahkan rasanya seperti bintang di angkasa yang amat teramat jauh untuk bisa digapai dan seolah-oleh menertawakan kamu tatkala kamu gagal untuk meraihnya. Bagimu bermimpi hanya membuat dirimu terlihat bodoh, terlihat bego, dan terlihat menyedihkan. Bukankah begitu?

Tak perlu terburu-buru. Tak perlu gusar. Tak perlu cepat-cepat.

Bukankah kamu hanya ditugaskan untuk berusaha? Berikhtiar? Mengapa kamu merasa hidup ini tak adil jika hasil akhir sudah ada yang mengaturnya dan bukan kuasa kamu untuk bisa mengendalikannya? Rasanya begitu bodoh dan ceroboh jika harus marah atas keputusanNya. Mungkin sebenarnya bukan marah atas keputusanNya, tapi harapan kita yang terlalu tinggi dan lupa tidak menyerahkannya pada sang Pemilik Skenario terhebat di alam semesta ini.

Aku tahu aku tak bisa menyembuhkan lukamu, kecewamu, meredakan amarahmu. Hanya dirimu yang bisa mengendalikan perasan-perasaan itu. Aku tahu itu tak mudah. Tapi kamu juga harus ingat bahwa hidup akan terus berlanjut dan segalanya perlahan pasti akan berubah. Yang di atas akan merasakan di bawah, yang di bawah begitupun sebaliknya. Maka sebaik-baiknya orang adalah yang melanjutkan kembali hidupnya meski kenyataan hidup nyaris membuat hatinya hancur berkeping-keping. Mengapa dia melanjutkan kembali hidupnya? Karena dia yakin bahwa tugasnya di dunia ini hanya untuk berusaha, berikhtiar, dan juga bertawakal. Hasil akhir sudah ada yang mengaturnya dan tak perlu dicemaskan. Meski kadang memang hal yang belum pasti selau membuat hati cemas. Tapi jika kita mencemaskan hal-hal yang belum tentu terjadi itu artinya sama saja dengan kita tidak percaya pada Allah?

Astaghfirullahal adziim

“He who created death and life, that He may try which of you is best in deed and He is The Mighty, The Forgiving.(Q.S Al-Mulk: 2)


Trying always be positive thinking,



Share:

Ketika Kamu Sering Ditanya “Kapan Nikah?”

Photo by Shardayyy Photography on Unsplash

Bismillahirrahmanirrahiim...

When I was early twentieth I ignored it and I didn’t care. Kayak ngapain sih nikah. Kan masih muda. Masih 20-an, masih banyak cita-cita yang harus dicapai, masih banyak hal yang harus dilakukan ketimbang menikah. Dan ketika ada orang yang nanya itu ya aku jawab sambil cengengesan dan aku anggap sebagai angin lalu. Gak pernah ditanggepin serius.

And when I’m turning 24 beberapa pertanyaan itu kerap muncul apalagi ketika aku udah lulus kuliah. Setiap aku ketemu orang pasti yang mereka tanyakan adalah,

“Udah nikah?”

“Udah punya calonnya?”

“Jadi mau kapan? Kan kuliah udah lulus.”

“Temen-temen udah pada nikah tuh, kamu kapan? Kerja mulu.”

“Ke orang mana sekarang?”

Dan beragam pertanyaan lainnya yang intinya “KAPAN NIKAH?!” Kadang suka mikir apa akhir dari hidup ini adalah menikah ya? Kenapa setiap orang hobi banget gitu nanya kapan nikah? Kayak yang ok dia sanggup buat nanggung biaya resepsinya, nanggung kehidupan aku setelah aku menikah nanti. I really don’t understand. So I’ll ask you once more: WHY?!

Atau ketika aku jawab kalau aku masih single, mereka gak percaya aku single dan nyuruh aku buat kenalan sama cowok. Wait, wait. Apa segitu hinanya ya menyandang status JOMLO di era sekarang ini? Lagi pula kejomloan aku enggak menganggu kehidupan kalian juga kan? Emang risih mana sih saat aku upload seorang diri, bareng sama temen-temen yang semuhrim atau foto aku yang mesra-mesraan dengan status “pacaran”? Alias non-mahram yang hukumnya adalah haram? L Please! I’m so sad about this. Kenapa foto aku yang sendirian aja atau barengan sama temen-temen malah dikomen dan disuruh cepet-cepet nyari cowok L Tau kan nyari cowok yang bisa satu frekuensi itu gak mudah. SULIT! Keculai atas izin Allah dan udah waktunya pasti dimudahkan.

Actually, I’m happy with what I have now. Aku bisa bebas melakukan apapun yang aku inginkan tanpa adanya kekangan atau batasan dari yang namanya “pacar” atau dengan status "istri." Aku bisa belanja apapun yang aku mau dari hasil kerja keras aku sendiri. Aku bisa bebas main sana-sini bareng sama temen-temen yang cuma minta izin sama orang tua aja yang pastinya bakal diizinin. Gak ada drama gak boleh ini-itu, gak boleh ada cowok. 😃 (Selama itu ada mahramnya, rame-rame perginya orang tua aku pasti ngizinin).

Orang tua aku aja bahkan gak nyuruh-nyuruh aku cepet nikah kok. Mereka bahkan minta sama aku selagi belum datang si jodoh, kerja yang bener, rintis karir dulu. Kalau udah waktunya juga semuanya akan dipermudah dan prosesnya pasti cepat gak akan lama-lama dan gak banyak drama juga. Karena Bapak aku tipikal orang yang anaknya jangan lama-lama pacaran mending langsung nikah. Jadi sekali lagi aku tanya, kenapa kamu mesti ribet ngurusin hidup aku sih? Cuma karena aku masih single seisi dunia heboh. Helloww 😢😢😢

Aku udah nyaman sama hidup aku ini. Bahkan aku akan risih ketika aku punya pacar dan pacarnya itu tipikal yang larang sana-sini ah udahlah aku bakal stress. Cuma ya itu saat aku sedang benar-benar menikmati kejomloan ini ada saja hal-hal yang bikin aku ciut lagi. Bikin aku gak ngerasa berharga lagi karena yang diliatnya adalah “AKU JOMLO.” Kenapa sih yang harus diliat itu KEJOMLOAANNYA? Emang kalau udah nikah masalah hidup akan kelar ya? Emang kalau udah nikah bakal ngebungkam mulut orang banyak? Bukannya sehabis nikah akan banyak rentetan pertanyaan lagi dari mulut-mulut para tetangga? Mulai dari:

“Kapan punya anak?”

“Kapan nambah lagi?”

“Kok suaminya gak kerja ya?”

“Kok istrinya kurusan sih?”

“Kok anaknya gitu ya? kayak kurang gizi.”

Huahhh emang gak akan pernah ada habisnya.

Atau yang lucu itu saat beberapa teman aku mulai menyarankan aku agar mau kenalan sama cowok. Ok. Aku ladenin dan aku mencoba untuk membuka diri dan juga hati. Tapi apa hasilnya? Jong! Belum ada satupun yang nyangkut dan rata-rata cowoknya itu masih sakit. Alias masih belum bisa move on dari rasa sakit atas mantannya. Kalau belum sembuh buat apa coba? Mau dijadiin lagi bahan pelampiasan? Please waktu aku lebih berharga dari pada harus dihabiskan menjadi bahan pelampiasaan. Lagi pula yang namanya sakit hati mau gak mau ya harus diobatin sendiri lah. Gak bisa kamu minta aku buat jadi penawarnya. Makasih banget! Ahahahahh. Aku ngomong gini karena aku pernah diposisi itu dan rasanya sakit! Dateng pas lagi butuh doang. Pas hati udah terlanjur jatuh nyatanya hati dia masih di isi sama orang lain.

So please stop ask me about GETTING MARRIED! Di saat diri udah mencoba buat fokus sama apa yang ada saat ini kan ditanya begituan nyali jadi ciut lagi. Hidup jadi liat orang lain lagi. Nengok tetangga sebelah lagi. Ngebanding-bandingin lagi L Udah ya. urusin aja hidup kamu sendiri. Kayak yang mau ngasih duit buat resepsinya aja. Kayak yang mau nanggung permasalahan rumah tangga aku nanti. Kayak yang siap tanggung jawab kalau ada apa-apa di pernikahan aku nanti. Tetep aja kan segalanya juga bakal aku sendiri yang bayarin? Aku sendiri yang ngejalaninnya, yang nanggungya?

Sekian dari segala kerasahan malam mingguku kali ini.


Love,

 

Share:
My photo
I'm a storyteller who could look back at my life and get a valuable story out of it. I'm trying to figure things out by writing. Welcome to my journey! Please hit me up ihatazmi@gmail.com