Photo by Gijs Coolen on Unsplash |
Bismillahirrahmanirrahiim
Three weeks ago I visited West Java Public Library (Perpustakaan Umum Jawa Barat) located at Jl. Kawaluyaan Indah II No. 4 Soekarno Hatta Bandung, West Java by using ojol. I was so amazed when I arrived there because the building is awesome! Bangunannya tinggi, terdiri dari 4 lantai, petugasnya yang ramah, protokol kesehatannya juga ketat (masuk ke gedung ini harus dibuktikan dengan aplikasi PeduliLindungi atau kartu vaksin dosis 2 pas waktu aku ke sana), dicek suhu juga, dan waktu itu sayangnya aku cuma bisa masuk di area lantai satunya aja karena masih pandemi belum bisa main ke lantai atas. Jadi cuma bikin kartu anggota aja deh habis itu pulang lagi.
Dikesempatan yang baik ini, bukan itu sih inti yang ingin aku share ke temen-temen semua. Yang aku ingin share adalah cerita pas perjalanan menuju ke Perpustakaannya. Ok, because I don't have private vehicle so I chose ojol. Selama perjalanan Mamangnya nanya-nanya soal,
"Boleh gak jalannya ke sini?"
"Jalannya ke sini aja ya gak apa-apa? Biar cepat."
Dan aku cuma jawab,
"Iya Pak."
"Ya gak apa-apa Pak asal sampai aja." Dengan mata yang lirik kiri-kanan, melihat-lihat jalan yang dilalui. Karena memang sejatinya aku gak tahu ini jalannya ke mana dan harus ke mana jadi ya udah terserah Mamang Ojolnya aja yang penting sampai di tempat tujuan.
Hingga kemudian si Mamangnya mulai nanya-nanya, apa aku kuliah, kerja, dll yang kemudian aku bilang sendiri ke si Mangnya bahwa aku bukan asli orang Bandung.
"Oh bukan orang Bandung, dikira teh orang Bandung. Pantesan saya tanya jalannya dari tadi Tetehnya jawab ngikut aja."
"Hee iya Pak maaf. Soalnya saya baru pindahnya juga."
"Asli mana gitu Teh?"
"Asli Tasik Pak."
"Oh Tasik. Tasiknya di mana?"
"Tasik kota."
"Oh iya geningan orang Tasik. Sami abi oge ti Tasik Teh." (Oh iya ternyata orang Tasik. Sama saya juga dari Tasik.)
Si Mamang ojolnya langsung ganti jadi pakai bahasa Sunda dan aku agak terkejut bercampur senang karena bertemu dengan orang yang sama dari daerah asal.
"Oh gitu ya Pak. Bapak Tasikna di mana? Atos lami di Bandungna?" (Oh gitu ya Pak. Bapak Tasiknya di mana? Sudah lama tinggal di Bandungnya?)
"Abi mah Tasikna di ujung. Nembe satahun Teh. Pami istri sami ti Tasik kota." (Saya Tasiknya di ujung. Baru satu tahun Teh. Kalau istri sama dari Tasik kota.)
"Oh jadi istri Bapak mah aslina ti Tasik Kota." (Oh jadi istri Bapak aslinya dari Tasik Kota)
"Muhun calikna ge ayeuna diditu sareng pun anak." (Iya tinggalnya juga sekarang sama di sana sama anak juga)
Aku mengerutkan kening. Tinggal di sana?
"Jadi Bapak sama istri LDR gitu? Tasik-Bandung?"
"Iya Teh. Seminggu atau dua minggu sekali baru pulang ke Tasik."
"Di sini Bapak nge kost?"
"Iya saya di sini nge kost Teh. Teteh di Bandung sama saudara atau ada saudara?"
"Oh gitu ya Pak. Keren-keren. Saya di Bandung nge kost dan gak ada saudara."
"Kenapa jauh-jauh ke Bandung kerjanya? Kenapa gak di Tasik aja?"
"Hehee. Udah rezekinya kali Pak. Soalnya saya kemarin di Tasik gak nemu-nemu."
"Iya ketang gak apa-apa. Nyari rezeki mah di mana aja asal halal. Saya juga nyari penumpang di Bandung enggak di Tasik. Nyari pengalaman sama suasana baru."
"Iya ya pak."
"Iya Teh. Kan bumi Allah itu luas. Di mana pun juga kita bisa cari rezeki di sana. Selama itu halal dan barokah."
Aku hanya diam sambil mengangguk-anggukkan kepala. Dalam hati, keren ini si Bapak. Berani LDR sama istrinya demi mencari nafkah.
Tak terasa perbicangan kami pun akhirnya harus terhenti karena sudah sampai di lokasi.
"Pokoknya mah jangan takut. Inysa allah selalu ada rezekinya." Tutup si Bapak begitu aku mengembalikan helmet dan menyerahkan uang kepada si Bapak ojol tersebut.
Aku langsung teringat pada satu ayat dalam Al-Qur'an,
"Apabila sholat telah dilaksanakan, carilah karunia Allah maka bertebaranlah kamu di bumi dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung." (Q.S Al-Jumu'ah : 10)
Ayat ini memang kaitannya adalah dengan Sholat Jum'at. Namun yang menjadi inspirasi bagi aku adalah di kalimat "carilah karunia Allah maka bertebaranlah kamu di bumi." Selain itu di ayat lain, di Q.S An-Nisa ayat 97 Allah berfrman,
"...Mereka (para malaikat) bertanya: "Bukankah bumi Allah itu luas sehingga kamu dapat berhijrah (berpindah-pindah) di bumi itu?"...."
Dua ayat ini yang memotivasi aku untuk akhirnya memutuskan hijrah ke Bandung. Meski memang terasa berat, namun karena ingin mendapatkan hal yang lebih (bukan soal materi saja, pengalaman dan ilmu tentunya yang tidak bisa terganti nilainya) dan karena tadi bertemu si Mamang Ojol aku jadi semakin semangat. Beliau saja rela meninggalkan istri dan anaknya demi mendapatkan keuntungan yang lebih.
Dan selama perjalanan pulang aku masih teringat obrolan dengan si Mamang Ojol itu. Kadang begitu ya Allah kalau mau nasehatin kita dengan cara apa saja. Bisa jadi perbincangan tadi dengan Mamang Ojol adalah cara Allah menyemangatiku atas keputusan yang sudah aku ambil. Thanks Allah. Alhamdulillah.
Untuk kamu yang saat ini berjuang dan menjadi anak rantau tetap semangat ya! Hal yang harus aku relakan adalah berpisah dengan keluarga dan ini sangat jauh sekali dengan pengorbanan si Bapak ojol tadi yang harus berpisah dengan anak istrinya. Karena sejatinya apapun yang akan kita dapatkan tentunya harus ada yang kita lepaskan.
Love,
Ihat