Photo by Scott Webb |
Sudah memasuki sore di akhir pekan nih. Udah saatnya nanti malam kita bersiap-siap untuk bertemu dengan minggu baru di bulan November. Enggak kerasa ya, November udah di tanggal 10 aja. Btw, gimana nih kabarnya? Semoga semuanya dalam keadaan sehat ya!
Hari Minggu, itu artinya aku sedang belajar untuk mendisiplinkan diri menulis, merefleksi hal-hal yang terjadi selama satu minggu ke belakang. Alhamdulillah, banyak sekali hal yang bisa aku syukuri dan aku pelajari dari kejadian satu minggu kebelakang ini.
Flashback ke satu minggu belakang ini. Pertama adalah aku belajar untuk percaya dan memberikan tanggung jawab penuh kepada para pimpinan OSIS di sekolah. Sebagai pembina, tentu ada perasaan khawatir dan takut jika kegiatan yang akan dilaksanakannya gagal. Namun pada hari itu aku mencoba untuk menenangkan diri, yakin pada kemampuan siswa bimbinganku bahwa mereka pasti bisa melaluinya. Meski H-2, ppt belum selesai, mereka kewalahan untuk mencari waktu yang pas agar semua bisa berkumpul dan bersiap-siap. Fyi, jadi mereka ini diamanahi sebagai guest teacher oleh SD untuk berbagi ilmu mengenai organisasi. Dan kegiatan seperti sharing session ini adalah kegiatan yang pertama kalinya untuk mereka. Sempat degdegan dan overthinking ketika aku meminta mereka untuk sharing pptnya sebelum ditampilkan di hari H. Nyatanya mereka belum siap. Ingin marah sebenarnya (karena aku sendiri tipikal orang yang harus dipersiapkan jauh-jauh hari) lantaran informasi untuk kegiatan ini sudah diberi tahu satu minggu sebelumnya. Namun aku mencoba tetap tetang dan mengingat mereka mau bagaimanapun caranya besok di H-1 itu harus sudah selesai PPT nya. Alhasil entah bagaimana ceritanya, keesokan paginya ketika briefing dan latihan sebentar, PPT tersebut sudah selesai dan hanya dirapih-rapihkan sedikit saja. Mereka sempat nervous dan ada yang bilang ingin mundur saja. Sebagai pembina tentunya aku terus mendukung dan meyakinkan bahwa semuanya pasti bisa dilalui dengan baik.
Jujur selama persiapan untuk kegiatan guest teacher ini aku tidak banyak ikut serta dalam mengonsep kegiatannya. Aku hanya memberikan garis-garis besar kegiatannya dan apa saja yang harus disampaikan. Sisanya mereka explore sendiri. Alhamdulillah, selama kegiatan berlangsung mereka mampu menampilkannya dengan baik. Beberapa feedback yang diberikan baik itu dari guru maupun dari siswa kelas 6, Alhamdulillah semuanya memberikan feedback positif. Dan itu rupanya memberikan rasa puas tersendiri kepada siswa karena mereka sebelumnya benar-benar merancang sendiri kegiatannya.
Dari hal tersebut lah, aku merenung dan berefleksi untuk kegiatan selanjutnya aku harus memberikan kepercayaan lebih kepada siswa agar siswa tersebut merasa dipercaya, diberi tanggungjawab dan jika hasilnya bagus ataupun tidak itu akan memberikan pengalaman tersendiri bagi mereka. Kalau kata supervisor ku yang sebelumnya juga menjabat sebagai pembina pernah bilang,
“Gak apa-apa, Bu. Kalaupun misal gagal tidak sesuai dengan harapan setidaknya anak akan belajar dari kesalahan itu sendiri. Berhasil ya Alhamdulillah. Bukan hanya sebagai ajang pamer bahwa OSIS itu ada dengan kegiatannya yang keren-keren. Kita coba untuk berikan ruang kepada mereka dalam berorganisasi agar mereka bisa belajar dan memiliki pengalaman yang lebih."
Kalau dulu di tahun pertama merasa terbebani dengan ekspektasi sendiri bahwa OSIS yang ada di bawah bimbinganku harus bagus, harus ada kegiatan yang keren-keren. Kini aku sudah mulai menemukan arahnya. Pujian, apresiasi, dan hadiah adalah bonus. Yang dicari adalah ilmu dan pengalaman. Dengan begini, aku bisa mengurangi rasa kekhawatiranku terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan dan aku juga jadi tidak menaruh banyak ekspektasi kepada anak-anak. Karena anak-anak sendiri pada dasarnya sedang belajar berorganisasi.
Well, terima kasih ya untuk diri ini yang setiap harinya tumbuh walaupun harus melalui hal-hal yang tidak menyenangkan.
Selain itu pula, aku mau mengucapkan terima kasih pada diri sendiri karena dengan kejadian-kejadian yang kadang mengecewakan, mengesalkan yang terjadi padaku, rupanya hal tersebut membuat diri aku menjadi semakin tangguh dan berani untuk membuat batasan diri. Semakin berani untuk menyatakan hal-hal yang tidak kusukai tanpa harus merasa bersalah lagi (porsinya sudah mulia berkurang, alhamdulillah yes!), sudah mulai bisa berfikir tenang, mengambil jeda dan tidak terburu-buru saat ditawari sesuatu. Berani meninggalkan hal yang memang tidak pantas untuk aku perjuangkan. Porsi people pleasurenya alhamdulillah sudah mulai berkurang.
Hei!
Terima kasih karena sudah memilih bertahan di tengah kegelapan hidup yang menyelimuti. Walau kamu sempat ragu, putus asa, bahkan hampir menyakiti dirimu sendiri. Meski sambil menangis, kecewa, marah dan bingung dengan perasaan yang hadir tapi kamu berhasil melaluinya dengan baik. Kamu mampu membuka dan menerima perasaan-perasaan aneh itu walau pada prosesnya memang tidak menyenangkan.
Gak apa-apa, gak semuanya harus dapat jawabannya saat ini. Adakalanya Allah meminta kita untuk ikut saja aturan mainnya tanpa banyak bertanya, mengapa? Mengapa harus aku? Perlahan ikuti sambil tetap meminta bantuan dari-Nya. Walau bagaimanapun yang terjadi dalam hidup ini semua tak lepas dari izin dan kuasa-Nya. Jika kamu menemukan dirimu justru bisa tumbuh menjadi lebih baik lagi, itu semua karena Allah yang izinkan itu terjadi pada-Mu.
Semoga, di hari-hari selanjutnya aku tetap bisa bertahan dengan apapun ujiannya yang akan dihadapi nanti. Karena aku yakin, Allah selalu ada untuk aku. :)
Cheers,
Ihat