Ku Kira Sudah Usai
Aku kira aku sudah
benar-benar lupa. Aku kira semua sudah usai. Nyatanya tiap kali berjumpa ataupun berpapasan, perasaan itu
kerap kali datang. Entah berwujud benci yang aku sendiri ingin menghilang acap
kali pertemuan itu datang. Atau mungkin berwujud debaran yang harus ku redam
sekuat mungkin, agar kamu tak bisa membaca radarku.
Sadar bahwa ini
ternyata ini belum berakhir dan aku harus kembali bermain peran. Seolah aku tak
memiliki perasaan itu. Namun ternyata sulit bukan?
Rasanya ingin berlari
jauh saat berada pada satu ruangan yang sama. Rasanya bingung harus berkata apa
saat berpapasan.
Untuk aku yang saat ini sudah tak lagi mengharapkanmu. Sudah tak lagi mendoakanmu. Sudah menghapusmu dari kisah harian yang biasa aku tulis di lembaran-lembaran kertas.
Untuk aku yang saat ini sudah tak lagi mengharapkanmu. Sudah tak lagi mendoakanmu. Sudah menghapusmu dari kisah harian yang biasa aku tulis di lembaran-lembaran kertas.
Aku benci saat semesta
seolah sengaja sering mempertemukan. Saat aku lengah, lupa tentangmu. Maka saat
itu pula kamu hadir dan membuat hatiku kembali berkata lain.
Kembali lagi dipendam
dan membiarkan perasaaan yang ada.
Kalaupun harus
kembali patah ya tak apa. Nikmati saja tangisannya semoga ada ejaan-ejaan yang
bisa ku susun rapih.
Kalaupun berakhir baik. Mungkin kamu adalah hadiah terbaik yang Tuhan kirim untuk aku.
Kalaupun berakhir baik. Mungkin kamu adalah hadiah terbaik yang Tuhan kirim untuk aku.
Ingin berbicara
sejujurnya padamu, tapi aku memilih untuk bisu.
Biarkan takdir yang
menemukan jalannya sendiri.
Aku hanya sedang belajar mencintai diriku sendiri. Membuang semua prasangka-prasangka buruk dan menikmati setiap kehadiran yang datang dalam hidupku.
Terima kasih telah
mengizinkanku jatuh cinta padamu. Meski kemungkinan kembali patah akan selalu
menjadi jawaban yang pasti.
Terima kasih wahai diri untuk bisa menahan ego. Terima kasih karena telah menerima perasaan ini tanpa perlu merasa menjadi beban.
Kalaupun tak menjadi
nyata di kehidupan yang fana ini, semoga bisa menjelma menjadi kisah abadi
dalam aksara yang ku rangkai meski dengan tertatih.
Tuhan. Aku terima segala
konsekuensi atas apa yang telah Engkau hadirkan padaku.
Jikalau dia memang tak
pernah ada di ujung penantian ini mohon beri petunjuk dan juga arahanmu agar
aku tak kembali tersesat.
Love,
Ihat
Ihat
Tags:
Catatan Harian
0 comments