Rentang Kisah – Gita Savitri Devi
doc.pribadi |
Before deciding to buy this book, aku sempet galau karena sebelumnya I had watched this movie. Iya udah tahu kan jalan ceritanya dari film pasti gak jauh beda dari bukunya kan? Gitu fikirku. Cuma akhirnya aku membeli juga buku ini karena aku yakin pasti ada kata-kata yang lebih nyentuh ke hati dari buku ini yang biasanya gak ada di film atau emang akunya aja yang gak fokus nonton sehingga bagian pentingnya ke skip. And after reading this book? Boom!
Buku Rentang Kisah ini sendiri berkisah tentang pengalamannya Kak Gita Savitri Devi dari mulai dia SMA, bingung mau kuliah kemana, jurusannya apa, kemudian tiba-tiba ditawari kuliah ke Jerman, bagaimana hidup di Jerman, dan juga kisah asmaranya hingga pertemuannya dia dengan Paul yang kini menjadi suaminya.
I particularly liked about this book because this book use simple words, easy to understand, to the to point, tidak terkesan menggurui, dan lebih ke membuat aku sebagai pembaca banyak introspeksi diri. Besides, the thing that I disliked from this book is the font size used is a bit too large. I would highly recommend this book to young adult, especially for the students in senior high school.
I give this book 5 stars.
Here some my favourite quotes from this book:
Kita belum tentu mendapatkan apa yang kita mau. Ketika itu terjadi, kita harus bisa menerima dan menghadapinya dengan bijaksana atau nggak akan pernah belajar tentang apa-apa dari hidup ini. – hal 51
Aku pun selalu bilang kepada diri sendiri untuk selalu percaya dengan apa pun yang Allah SWT kasih. Karena hal tersebut semata-mata hanyalah untuk kebaikanku sendiri. – hal 158
Blurb
Apa tujuan hidupmu?
Kalau itu ditanyakan kepadaku saat remaja, aku pasti nggak bisa
menjawabnya. Jangankan tujuan hidup, cara belajar yang benar saja aku enggak
tahu. Setiap hari aku ke sekolah lebih suka bertemu teman-teman dan bermain
kartu. Aku nggak tahu apa yang menjadi passion-ku. Aku sekedar menjalani
apa yang ibu pilihkan untukku-termasuk melanjutkan kuliah di Jerman.
Tentu bukan keputusan mudah untuk hidup mandiri di negara baru. Selama 7
tahun tinggal di Jerman, banyak kendala aku alami; bahasa Jerman yang belum
fasih membuat proses perkuliahan menjadi berat, hingga uang yang pas-pasan
membuatku harus mengantur waktu antara kuliah dan kerja sambilan.
Semua proses yang sulit itu telah mengubahku; jadi mengenal diri
sendiri, mengenal agamaku, dan memahami untuk apa aku ada di dunia. Buatku,
kini hidup tak lagi sama, bukan hanya tentang aku, aku, dan aku. Tapi juga,
tentang orangtua, orang lain, dan yang paling penting mensyukuri semua hal yang
sudah Tuhan berikan.
The purpose to live a happy life is to always be grateful and don’t
forget the magic words: ikhlas,
ikhlas, ikhlas.
Thank You!
Ihat
0 Comments