Perkara Usia dan Dewasa

www.canva.com


Berada di detik detik akhir usia 24 menuju awal 25. Ketika Mamahku dulu tengah mempersiapkan pernikahannya bersama Bapakku. 

Dan aku kini? 

Aku kira dengan bertambahnya usia maka urusan hidup akan mudah. Karena kita tak lagi terikat peraturan seperti anak kecil yang harus selalu patuh pada peraturan. Kita bisa bebas melalukan apapun tanpa ada yang melarang, tak seperti saat kita kecil semua akses dibatasi hanya karena perkara masih di bawah umur. 

Justru yang aneh adalah semakin bebasnya hidup ini maka semakin terkekangnya kita oleh belenggu-belenggu fikiran yang menakutkan. Kita mungkin bisa hidup bebas tapi tuntutan yang tak pernah kita minta justru datang dari arah mana saja. Satu atau dua kali kamu bisa kebal menanggapinya. Tapi saat tuntutan itu berkali-kali menghujammu maka kamu akan merasa terperosok, merasa hina, merasa tak pantas karena tak bisa berada di garis yang sama dengan mereka. 

Di usia yang sama saat kita kecil, kita merasa semua yang ada di kelas sama. Mendapatkan perlakuan yang sama dari guru, mendapatkan pelajaran yang sama, pr yang sama. Yang membedakan hanya yang rajin pasti akan mendapatkan ranking dan yang malas akan tertinggal bukan begitu?

Tapi mengapa begitu memasuki usia dewasa saat usia kita sama tapi jalan kita jelas-jelas sangat berbeda. Soal kerja keras tak melulu dapat menghasilkan hal memuaskan. Bahkan tak jarang malah berakhir kesengsaraan, kekecewaan. Berbeda saat sekolah dulu, hanya perlu belajar yang benar, belajar yang rajin, taat pada guru dan juga pertaturan maka istilah usaha tak mengkhianati hasil memang betul adanya.

Lantas mengapa setelah dewasa istilah itu seolah tak berguna? Mengapa ada orang yang usahanya biasa biasa saja tapi hasilnya bisa memuaskan? Apa perkara keberuntungan hidup mulai bekerja di sini? 

Kadang dalam hati bertanya sambil melihat ke langit atas, mengapa Tuhan memberiku waktu yang amat banyak untuk hidup yang tak tentu ini? Mengapa harus melalui banyak ujian hidup di saat orang lain seusiaku masih bisa melakukan hal yang sangat ingin dia lakukan? Untuk apa waktu sebanyak ini diberikan jika aku harus tetap tegar menghadapi hantaman kerasnya deburan ombak?

Terkadang aku benci perkara usia. Maka aku tak suka merayakan ulang tahun. Aku tak suka dengan harapan yang dipanjatkan lalu meniup lilin. Untuk apa? Aku sudah bosan dengan harapan. Apalagi harapan pada manusia. Karena pada akhirnya hanya akan membuat hati terluka dan juga kecewa. Pada Tuhanku pun harapanku hanya dua,

Jika itu yang terbaik menurut Engkau maka permudah, tapi jika itu sebaliknya maka jauhkanlah.

See? Aku tak pernah lagi berekspektasi pada hal-hal lain. Sudah muak rasanya saat kegagalan justru yang menimpa. Ya karena itu. Karena harapan yang kita sandarkan adalah pada hal-hal yang tak mampu mewujudkannya. Bukankah manusia tak mampu mewujudkan harapan? Maka dari itu mengapa dalam agama yang dianutku, kita diajarkan untuk berharap tentang segala hidup ini dan memasrahkannya pada sang Maha Pencipta, Allah. Sehingga hati kita nanti apapun yang akan terjadi telah sanggup dan mampu menerima segala yang telah digariskanNya. Bukankah begitu?

Perkara usia. Perkara ulang tahun. Perkara doa panjang umur dan aku membenci itu pula. Mengapa harus meminta umur yang panjang saat teman teman se usia kita sudah pergi mendahului? Bukankah hidup terasa amat sepi karena tak ada lagi bahan obrolan dengan teman sebaya? Haruskah hanya berteman dengan radio yang menyiarkan acara "dari zaman dulu, dari tahun X" sehingga kita bisa mengenang masa-masa yang telah lalu? Bukankah itu terlalu melelahkan?

Perkara usia. Perkara dewasa yang selalu diributkan soal pencapaian. Buat apa? Buat ngerasa hidup lebih bahagia karena banyaknya pencapaian yang telah dicapai? Lantas bagaimana dengan urusan akhirat? Lupa karena terlalu sibuk dengan urusan dunia? Capek kalau terus menerus membandingkan. Tak akan ada habisnya. Yang ada kamu lupa soal akhiratmu dan malah mati dengan hati yang masih mengejar urusan duniawi.

Demikianlah pemikiran-pemikiran yang mengganggu malam ini sebelum beranjak tidur.

Good night,
Ihat

Share:

2 Comments

  1. umur yang berkah, itu sih kalau saya. jadi hingga berapa tahun kedepan pun, tidak akan sia-sia. hei, twenty somethic tho, have fun. nikmati aja dulu, tak perlu pakai tarhet orang lain. salam kenal

    ReplyDelete
  2. Iya Kak :'D salam kenal juga :)

    ReplyDelete

Follow Me