Adalah Kamu
Photo by Toa Heftiba on Unsplash |
Ada hal yang tak seharusnya aku mulai. Karena aku tak pernah tahu arus ini akan membawa aku ke mana. Meski diawal aku sudah menyadarinya bahwa ini akan berakhir bencana tapi perasaan yang datang terus saja menggedor pintu hatiku, minta aku membukanya, mengakuinya. Dan aku tak sanggup untuk menahan gedoran itu hingga aku mempersilahkan mereka masuk dan menempatkannya di sudut ruang hatiku yang masih tersisa.
Adalah kamu. Yang aku sendiri tak pernah menyangka akan terlibat urusan
asmara. Kamu yang selama ini hanya aku anggap sebagai teman biasa lambat laun
semua berubah termasuk sesuatu dalam hati kini selalu ingin ikut berbicara.
Gayaku yang kaku begitu berjumpa denganmu, berbicara dengan nada datar dan
selalu menghindar dari berbagai topik pembicaraan, komunikasi seperlunya adalah
cara aku menyelamatkan diriku dari hal-hal yang nantinya hanya akan membuatku
sakit berkepanjangan. Mungkin kamu akan mengira itu adalah caraku untuk
memberikan radar padamu. Bukan. Bukan itu. Aku tak butuh perhatian darimu. Aku
tak butuh kamu tahu atau tidak soal perasaaanku. Karena buat apa? Buat apa jika
kamu hanya sekedar ingin tahu dan kamu akan tetap pergi bersamanya?
Tak ada yang salah dengan perasaan yang datang. Meski perasaan itu tak
berpihak, patah sebelum dimulai, bertepuk sebelah tangan. Aku yakin akan ada
suatu nasihat yang bisa aku ambil. Akan ada suatu pengalaman baru untuk aku agar terus belajar
menghindari kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi sebelumnya. Cinta tak
pernah salah datang. Hanya waktu yang salah dan kamu adalah bukan orang yang
tepat. Aku akan salah jika aku tetap mencoba mendekatimu, mengambil semua
peluang yang ada, dan berusaha mematahkan kisahmu bersamanya. Tapi aku tak
seegois itu. Aku tak sejahat itu.
Aku tak perlu melakukan hal bodoh untuk perkara cinta. Yang aku yakini
adalah jika kamu orangnya maka kamu akan melepaskan pelukan yang lain dan
berpaling padaku. Bukan begitu? Jika kamu masih berada dalam pelukannya dan
enggan melepaskannya lantas mengapa aku harus melepaskanmu secara paksa dari
pelukannya?
Sekalipun kenangan manis pernah tercipta, itu tak ada artinya di hidupmu
bukan? Aku hanyalah cameo dalam hidupmu hingga akhirnya kamu akan cepat
lupa terhadapku. Kamu akan lupa terhadap hari-hari yang pernah dilalui bersama.
Tolong jangan salahkan aku atas perasaan ini. Aku pun tak mengerti dan
tak tahu dari manakah asal mulanya perasaaan ini hadir. Menyeruak dalam hati
lantas meminta tempat untuk disinggahi. Meski kisahnya tak pernah benar-benar
hidup dalam kenyataan, setidaknya pernah hidup di sudut hati yang lain meski
harus ku padamkan juga pada akhirnya.
Menyakitkan bukan? Kembali mencintai orang yang salah. Mencintai orang
yang jelas-jelas dari awal tak bisa kita miliki. Tapi aku bisa apa? Bukankah
kita tak bisa memilih esok lusa akan jatuh pada hati siapa? Bertemu dengan
siapa? Sekalipun dengan doa, bukankah ada taqdir yang sudah ditetapkan yang
tak bisa dirubah ketetapannya dan
memaksa kita mau tidak mau untuk melaluinya?
Pada cinta yang hadir dan kamu yang singgah. Terima kasih atas hangatnya
pertemuan, kisah-kisah yang menyenangkan dan juga mendebarkan. Aku sangat
berterima kasih dan bersyukur. Karena tak ada alasan untuk aku membencimu meski
dirimu tak bisa ku miliki seutuhnya. Kelak jika kau mengetahui kebenarannya,
kuharap kau tak membenciku.
Love,
Ihat
0 Comments