Teruntuk Kegagalan
Photo by Steve Johnson on Unsplash |
Teruntuk kamu yang sedang mengalami kegagalan.
Entah gagal karena gak lolos masuk PTN yang didambakan, gagal gak lolos test kerja, gagal nikah, gagal tunangan, gagal usaha, apapun itu bentuk kegagalannya. It’s ok. Gak apa-apa.
Dikecewakan, dikhianati, ditinggalkan, diremehkan, direndahkan.
Sakit rasanya. Ingin pergi, ingin lari, bahkan ingin rasanya mengakhiri hidup ini. Karena merasa dunia udah gak adil lagi bagi kehidupan kamu. Mimpi-mimpi yang sudah dibuat bahkan rasanya seperti bintang di angkasa yang amat teramat jauh untuk bisa digapai dan seolah-oleh menertawakan kamu tatkala kamu gagal untuk meraihnya. Bagimu bermimpi hanya membuat dirimu terlihat bodoh, terlihat bego, dan terlihat menyedihkan. Bukankah begitu?
Tak perlu terburu-buru. Tak perlu gusar. Tak perlu cepat-cepat.
Bukankah kamu hanya ditugaskan untuk berusaha? Berikhtiar? Mengapa kamu merasa hidup ini tak adil jika hasil akhir sudah ada yang mengaturnya dan bukan kuasa kamu untuk bisa mengendalikannya? Rasanya begitu bodoh dan ceroboh jika harus marah atas keputusanNya. Mungkin sebenarnya bukan marah atas keputusanNya, tapi harapan kita yang terlalu tinggi dan lupa tidak menyerahkannya pada sang Pemilik Skenario terhebat di alam semesta ini.
Aku tahu aku tak bisa menyembuhkan lukamu, kecewamu, meredakan amarahmu. Hanya dirimu yang bisa mengendalikan perasan-perasaan itu. Aku tahu itu tak mudah. Tapi kamu juga harus ingat bahwa hidup akan terus berlanjut dan segalanya perlahan pasti akan berubah. Yang di atas akan merasakan di bawah, yang di bawah begitupun sebaliknya. Maka sebaik-baiknya orang adalah yang melanjutkan kembali hidupnya meski kenyataan hidup nyaris membuat hatinya hancur berkeping-keping. Mengapa dia melanjutkan kembali hidupnya? Karena dia yakin bahwa tugasnya di dunia ini hanya untuk berusaha, berikhtiar, dan juga bertawakal. Hasil akhir sudah ada yang mengaturnya dan tak perlu dicemaskan. Meski kadang memang hal yang belum pasti selau membuat hati cemas. Tapi jika kita mencemaskan hal-hal yang belum tentu terjadi itu artinya sama saja dengan kita tidak percaya pada Allah?
Astaghfirullahal adziim
“He who created death and life, that He may try which of you is best in deed and He is The Mighty, The Forgiving.” (Q.S Al-Mulk: 2)
Tags:
Refleksi Diri
0 comments