Wednesday, October 02, 2024

Thank You Mom

Photo by Vie Studio

Dear diri kecil,

Hi, how's life? Is everything getting better to you? 

If you wanna cry, just cry. That's ok. 

I know, getting older, being adult is not easy as you imagined when you were kids. Life's so heavy. You wanna give up, but... Ya, you must survive.

Kenapa? Capek? Ngerasa gak ada satupun orang yang faham kondisi kamu? Or when you need someone to help you, but they underestimate your feelings, huh?

Is it so suck, right?

Jam tidur yang berantakan, tiap malam nangis tanpa sebab, perasaan udah overwhelmed gak ngerti lagi harus gimana. 

Pengen banget nyerah kan? Kayak pengen banget at this moment I can take a break for a while. Menghilang sejenak dari social media, menarik diri dari orang-orang, dan hanya ingin berkumpul dengan family. 

Dateng perasaan yang kamu sendiri gak faham ini perasaan apa, capek ya? Apalagi diri kecil yang ada dalam jiwa ini dia seolah mengetuk terus, minta ingin ditemani, diapresiasi, dan diakui perasaannya kok kadang pada saat mulai dicari malah hilang, kan si aku dewasa ini capek nyarinya. 

Where are you?

I know, I was busy lately. Instead of understanding you, I ignored your presence sometimes. Sorry.

So, what do you wanna talk to me? Mmm?

Are you sad when you went to your home and for the first time in yourlife your presence was welcoming by your mom? And you could hug her?

Did you still remember when you tired after attending the school program to watched the dolphin festival. You were thirsty, you were starving, you lost your money... and when you arrived at your home, you opened the door, and your mom just sat down overthere, didn't welcome to you?

You changed your clothes, ate, and prayed dzuhur.. after that.. you slept alone. Even in your mind you wanna talk too much about the things that happened to you.

Mom, I just wanna say thank you for treating me better now. Thank you for worrying about me. Thank you for calling me only to make sure that I'm ok. Even, literally I'm not ok. I'm fighting with my inner child within whom always comes suddenly.

Thank you for helping me to deal with my inner child, even you never know about it. 

Allah, please. Don't lemme alone through all of this pain, all of this wound. Please help me to heal myself and to deal with my past, with my inner child. I need Your Power. Please stay with me, never leave me.


Thanks,

Ihat

Share:

Tuesday, October 01, 2024

Masih Ada Banyak Hal Yang Bisa Kamu Syukuri

Photo by Monstera Production

Meski aku belum bisa tidur lelap..

Meski berkali-kali aku tetap terbangun di tengah malam..

Atau bangun di pagi hari dengan hati yang cemas lantaran mimpi buruk yang kerap datang menghantui

Di tengah-tengah ketidaknyamanan itu aku masih bisa bersyukur lantaran aku masih bisa melihat matahari terbit setiap paginya

Masih bisa menghirup udara pagi yang segar

Masih bisa pergi berangkat bekerja walau fikiran kacau balau

Masih bisa bertemu dengan orang-orang hebat sehingga mendapatkan banyak ilmu baru

Masih bisa menulis untuk meredakan kecemasan dan juga stress yang sedang aku rasakan


Hai kamu,

Belajar mengelola stress lagi ya

Belajar untuk surrender atas ketidakpastian tentang hidup ini

Ingat hidup ini terlalu singkat jika hanya terlalu fokus pada hal-hal yang tidak menyenangkan

Masih banyak hal yang bisa kamu explore di luar sana

Tetap berbaik sangka pada Sang Maha Pencipta

Karena pada hakikatnya sedih, senang, susah, mudah adalah ujian

Jadi kamu tak perlu terlalu bahagia dan juga terlalu sedih

Semua ada masanya

Semua ada waktunya

Dan semua akan saling bergulir, silih berganti


Love

Ihat

Share:

Monday, September 30, 2024

Belajar Mendengarkan


Photo by Oleksandr P

Rasanya ada sesuatu yang aneh dengan diriku.

Sudah hampir dua bulan lebih ini aku mengalami gangguan tidur. Mata terpejam tapi fikiran masih berputar-putar. Tak jarang membuat aku terbangun dan sulit untuk membuat mata terpejam. Atau jika pada akhirnya aku tertidur, tetap aku akan terbangun dengan nafas tersegal-segal karena mimpi buruk yang kerap datang menghantui. Bahkan beberapa kali jantungku berdebar seperti sehabis olahraga lari. 

Jadi selama dua bulan lebih ini perihal tidurku aku hanya diberi dua pilihan:

1. Aku akan terus terjaga dan sulit memejamkan mata;

2. Mata terpejam tapi fikiran masih berlarian;

3. Bisa tidur tapi pada akhirnya aku akan bermimpi buruk dan bangun dengan keadaan tubuh capek disertai dengan nafas tersegal-segal.

Sayangnya, pada saat aku hendak meminta bantuan profesional aku merasa seolah aku diejek oleh dokter umumnya lantaran alasanku seperti itu karena stress bekerja. Aku meminta dengan baik bahwa aku ingin pergi konseling, tapi dokter itu tidak berkata apapun dan hanya memberikan aku obat agar aku bisa tertidur. 

Aku kesal bukan main karena pada saat daftar aku meminta untuk pergi ke bagian konseling. Sambil mengantri obat rasanya aku kecewa, merasa dikecilkan, dokternya pun menyebalkan karena dengan mudahnya dia menganggap enteng hal yang selama ini mengangguku: jam tidur. 

Setibanya di apotek, apoteker itu kemudian bertanya kenapa aku diberi obat tidur. Pada awalnya aku hanya menjawab dengan senyum, namun pada akhirnya aku tak bisa menahan air mataku. 

"Tempat terbaik untuk bercerita adalah kembali kepada keluarga. Karena keluarga yang paham kondisimu saat ini. Atau Teteh bisa cerita semuanya tanpa merasa dihakimi kepada Dzat yang menciptakan Teteh. Siapa yang menciptakan Teteh?"

"Allah," jawabku lirih. 

"Bukannya gak boleh ke psikolog, cuma tetap yang paling bisa memahami kondisi Teteh saat ini adalah keluarga Teteh."

Aku terdiam. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan ucapan si apoteker ini. Qadarullahnya dia ngomong sama aku yang memang hubungan aku dengan keluarga baik-baik saja. Bagaimana jika kondisi hubungan aku dengan keluarga aku tidak baik-baik saja? Mungkin aku akan tambah marah.

Begitu sampai di rumah, aku menangis tak karuan di depan Ibu dan Bapak ku. Rasanya seluruh kekesalan, kekecewaan, uneg-uneg, marah, bersatu padu. Meski aku bisa bercerita kepada mereka, tetap saja ada the dark side yang aku sembunyikan.

Selama dua bulan lebih ini pula, aku pernah menangis sejadi-jadinya tanpa alasan yang jelas hingga pikiran mulai mengarahkan aku untuk self-harm. Aku sudah ingin mengambil benda itu, sempat terbersit kayaknya enak juga bikin luka di tubuh untuk meredakan perasaan kacau ini... Tapi niat itu aku urungkan kembali dan sebisa mungkin aku lawan perasaan itu dengan istighfar, mencoba mengingat Allah walau keadaan aku kacau balau dengan kondisi aku sendirian di kosan. 

Dan pikiran itu terjadi sudah dua kali. 

Dan ternyata... Melawan pikiran itu saat pikiran itu datang sungguh luar biasa sulit. Aku seperti kehilangan diri sendiri. Aku seperti tak mengenal diriku sendiri. 

Itulah mengapa alasanku mulai pergi untuk mencari bantuan profesional. Sayangnya di tempat itu aku harus diarahkan ke dokter umum dulu berkaitan dengan tidurku berantakan dan pada saat diperiksa dia malah menganggap remeh kata "stress kerja" yang aku sampaikan. Yang pada akhirnya aku tidak diarahkan ke ruang konseling. MENYEBALKAN!

Dear kamu,

Siapapun kamu, profesi apapun yang kamu jalani saat ini jika kamu mendapati seseorang yangs sedang terpuruk tolong jangan men-judge atau menganggap remeh hal yang sedang dia alami. Karena kamu belum tentu sekuat orang yang sedang menghadapi ujian itu. Belajar mendengarkan. Mendengarkan saja tanpa harus menghakimi. 


Love,

Ihat

Share:
My photo
I'm a storyteller who could look back at my life and get a valuable story out of it. I'm trying to figure things out by writing. Welcome to my journey! Please hit me up ihatazmi@gmail.com