Monday, May 22, 2023

#001 DDL-Putih Abu




 


#001 DDL-Putih Abu

24 Januari 2013

 

Hai diary! Tadi pas jam olahraga nyebelinnya. Huhuuh!


Gini, tadi itu olahraganya bagian lari. Jadi dibagi dua lah, cowok-cowok, terus cewek-cewek. Pas cowok yang lari, nah dihitung berapa kali balikannya sama cewek begitupun sebaliknya. Setelah pemanasan itulah kita semua membuat barisan sebanyak dua banjar. Dalam hati aku berharap banget bisa ngitung larinya Farhan! Secara aku kan ya gitu, diam-diam suka sama dia hihiii.


Dimulailah guru olahraga aku, Pak Yusuf menghitung kami semua. Dan saat hitungan itu jatuh ke arahku,


“Nah, kamu ngitung larinya Angga.” Kata Pak Yusuf membuat Angga langsung menoleh ke arahku.


“Hah?! Ih..” ucapku sebal tak terima.


“Yah, Pak! Kok sama dia sih? Heuh, musuh!” jawab Angga dengan ekspresi sama sebalnya. Sayangnya protes aku dan dia tidak digubris oleh Pak Yusuf.


Cewek-cewek pun mulai berjalan ke pinggir, termasuk aku sambil manyun karena tak terima. Sementara itu pas aku lihat ke arah Farhan, dia hanya tersenyum.


Beginilah teriakan-teriakan ketika harus menghitung lari Angga: musuh bebuyutan!


“Heh! Cepetan larinya! Delapan!”


“Berisik lu! Ngitung aja kali!”


“Heh! Yang lain udah beres. Boyot amat sih laki!”


“Mulut lo berisiknya kebangetan ya!”


Lalu pas giliran aku yang lari. Sebenarnya sama aja sih. Aku juga boyot larinya.


“Heh cepetan larinya!”


“Berisik ngomel mulu!”


“Banyakan makan sih lu, jadi larinya lama hahahahaaa!” Tawa khasnya yang terdengar sampai ujung lapangan, membuat aku pengen banget nimpuk jidat dia pake sepatu aku.


“Sama-sama boyot ternyata, makannya jangan sok jago!” ucap dia lagi begitu aku melintasinya. Udah pengen dimasukin cabe tuh ke mulutnya. Gila keseelll!!!!

 


Nah tadi pas pelajaran IPA, kan bagian presentasi. Yes! Dari kelompok 1, ternyata aku yang nilainya paling tinggi. Kata Devi sama Nina katanya pas aku lagi presentasi, Farhan tuh gak henti-hentinya menyimak. Masa iya sih? Sejujurnya aku tadi grogi, bukan grogi karena teman-teman, tapi grogi karena dia.



Amalia yang sukanya dipanggil Lia

Share:

Friday, May 12, 2023

Ku Kira Sudah Usai


 

Aku kira aku sudah benar-benar lupa. Aku kira semua sudah usai. Nyatanya tiap kali berjumpa ataupun berpapasan, perasaan itu kerap kali datang. Entah berwujud benci yang aku sendiri ingin menghilang acap kali pertemuan itu datang. Atau mungkin berwujud debaran yang harus ku redam sekuat mungkin, agar kamu tak bisa membaca radarku.

Sadar bahwa ini ternyata ini belum berakhir dan aku harus kembali bermain peran. Seolah aku tak memiliki perasaan itu. Namun ternyata sulit bukan?

Rasanya ingin berlari jauh saat berada pada satu ruangan yang sama. Rasanya bingung harus berkata apa saat berpapasan.
Untuk aku yang saat ini sudah tak lagi mengharapkanmu. Sudah tak lagi mendoakanmu. Sudah menghapusmu dari kisah harian yang biasa aku tulis di lembaran-lembaran kertas.

Aku benci saat semesta seolah sengaja sering mempertemukan. Saat aku lengah, lupa tentangmu. Maka saat itu pula kamu hadir dan membuat hatiku kembali berkata lain.

Kembali lagi dipendam dan membiarkan perasaaan yang ada.

Kalaupun harus kembali patah ya tak apa. Nikmati saja tangisannya semoga ada ejaan-ejaan yang bisa ku susun rapih.
Kalaupun berakhir baik. Mungkin kamu adalah hadiah terbaik yang Tuhan kirim untuk aku.

Ingin berbicara sejujurnya padamu, tapi aku memilih untuk bisu.
Biarkan takdir yang menemukan jalannya sendiri.

Aku hanya sedang belajar mencintai diriku sendiri. Membuang semua prasangka-prasangka buruk dan menikmati setiap kehadiran yang datang dalam hidupku.

Terima kasih telah mengizinkanku jatuh cinta padamu. Meski kemungkinan kembali patah akan selalu menjadi jawaban yang pasti.

Terima kasih wahai diri untuk bisa menahan ego. Terima kasih karena telah menerima perasaan ini tanpa perlu merasa menjadi beban.

Kalaupun tak menjadi nyata di kehidupan yang fana ini, semoga bisa menjelma menjadi kisah abadi dalam aksara yang ku rangkai meski dengan tertatih.

Tuhan. Aku terima segala konsekuensi atas apa yang telah Engkau hadirkan padaku.

Jikalau dia memang tak pernah ada di ujung penantian ini mohon beri petunjuk dan juga arahanmu agar aku tak kembali tersesat.

 Love,
Ihat

Share:

Thursday, April 20, 2023

Killing the Time before Iftar to Ereveld Pandu


 

Ngabuburit ke kekuburan? Ngapain?

Beberapa teman-teman aku di media sosial memberikan komentar kurang lebih seperti itu saat aku mem­­-post ­foto-foto hasil walking tour ke Ereveld Pandu. Jawabanku ya, why not? I got many stories here.

Sabtu, 15 April 2023 lalu aku berkesempatan untuk bisa kembali mengikuti walking tour with CeritaBandung.id dengan rute perjalanan “Senja di Ereveld Pandu.” Waw! Salah satu destinasi yang aku tunggu selama ini! Jadi ada hikmahnya juga ya kebagian tiket kereta malam, siangnya bisa jalan-jalan dulu yey!

Yang pertama kali terlintas di benak sebelum mengikuti rute kali ini adalah aku berfikir untuk bisa mengambil foto terbaik di makam yang tersusun rapi dan cantik ini. Unfortunately, fikiran itu mendadak musnah begitu mengikuti langsung rute perjalanan ini. Bukan karena suasana “kuburan” yang orang-orang pasti tebak menyeramkan; tidak. Tapi setelah mendengarkan sejarah dari tour guidenya membuat kami sebagai peserta tour harus bisa saling respect satu sama lain.

Firstly, di rute kali ini kami gak diajak langsung menuju Ereveld Pandu, tapi kami diajak untuk mengunjungi makam-makam para tokoh sejarah yang berada di TPU Pandu. Dimulai dari makamnya Raymond Kenndy, seorang professor antropologi dari Yale University yang sampai saat ini kasus pembunuhannya belum terungkap, kemudian kami juga diajak mengunjungi makam Alexius Impurung Mendur, seorang fotografer yang mengabadikan peristiwa detik-detik proklamasi kemerdekaan RI. Ada juga makam Prof. Ir. Charles Prosper Wolff Schoemaker yang merupakan seorang arsitek, dosen ITB, dan juga guru Ir. Soekarno. Beberapa karya beliau salah satunya adalah Villa Isola yang berada di  Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.


doc. pribadi

Selain itu ada juga makam keluarga Ursone yang merupakan warga asal Italia, yang kemudian menetap tinggal di Bandung tepatnya di daerah Lembang dan memiliki usaha berupa perternakan susu sapi. Selain itu, mereka juga memberikan tanahnya secara cuma-cuma untuk pendirian Observatorium Bosccha lho! Gimana keren kan?

doc. pribadi

Barulah terakhir kami mengunjungi Ereveld Pandu, sebuah kompleks pemakaman yang dikelola oleh Yayasan pemakaman Belanda, yaitu Oorlogs Graven Stichting (OSG). Makam yang tersusun rapi dan cantik ini merupakan tempat peristirahatan terakhir bagi para korban Perang Dunia Kedua.

doc.pribadi

doc. pri


Terkadang kita terlalu menyepelekan hal-hal yang kita anggap sudah tiada padahal di sana ada makna dan juga pembelajaran yang bisa kita ambil. Contohnya, dari perjalanan kali ini adalah beberapa maut yang masih menyisakan tanya yang sulit untuk bisa dipecahkan siapa dalangnya. Namun percaya dan yakin bahwa jika di dunia belum bisa terpecahkan, di akhirat nanti pasti akan terbalaskan.

Pada saat hari ketika mereka dibangkitkan oleh Allah semuanya, lalu diberitakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (Q.S Al-Mujadilah ayat 6).

Gimana masih mau komen, ngapain ngabuburit ke kuburan? :D

 

Love,

Ihat

 

 

 

  

Share:
My photo
I'm a storyteller who could look back at my life and get a valuable story out of it. I'm trying to figure things out by writing. Welcome to my journey! Please hit me up ihatazmi@gmail.com