Tak ada yang
namanya pekerjaan yang sempurna. Pasti selalu ada titik dimana kita benar-benar
telah lelah, jenuh, bahkan ingin menyerah. Hanya saja menginjak dewasa bukan perkara
kita sudah tak sanggup lantas cabut begitu saja, banyak urusan runyam jika
hanya memikirkan ego sesaat. Maka tak lain dan tak bukan adalah tetap bertahan
meski itu itu bukanlah hal yang menyenangkan.
Siang itu,
saat semuanya terasa runyam aku memilih untuk pergi ke toilet untuk membasuh
muka. Berharap ada ilham datang sehingga bisa mempercepat urusan pekerjaan yang
mendadak stuck di kepala. Menuruni anak tangga dengan fikiran melayang-layang
hingga kemudian seorang anak kecil perempuan yang sedang berdiri di bawah anak
tangga tersenyum ke arahku, tak biasanya.
“Hai Uneng!”
sapaku.
“Ibu..” jawab
dia sambil tersenyum lebar membuat hatiku senang. “Ibu ini.” Lanjut dia sambil
memamerkan kepalan tangannya. Aku mengerutkan kening tidak mengerti. Kemudian
dia membalikkan kepalan tangannya itu. “Buka.”
Aku pun
membuka kepalan tangannya itu dan di sana rupanya ada satu permen.
“Buat Ibu,
ambil.” Aku tersenyum sembari terharu lalu diambillah permen yang ada di tangan
Uneng tersebut. Lalu si Kaka yang ada di sampingnya tak ingin kalah. Dia melakukan
hal yang sama seperti yang dilakukan adiknya. Aku pun disuruh untuk mengambil
permen yang ada di tangan si Kaka.
“Terima
kasih ya.” kataku sambil tersenyum bahagia. Kemudian aku kembali menuju
ruanganku dengan perasaan lega. Entah mengapa hal-hal yang tadinya kusut di
kepalaku kini mendadak rapih dan sudah terurai. Memangnya apa yang sudah
dilakukan kedua anak kecil tadi? Bukankah itu hal yang amat sederhana bukan?
Kemudian di hari
yang lain saat sepulang kerja rasanya aku ingin berteriak kencang, tiba-tiba
datang anak kecil yang baru saja membeli kopi sambil berlarian kecil. Wajahnya masih
penuh dengan bedak yang tak ditabur sempurna di wajahnya membuat aku terhibur. Aku
tersenyum sendiri. Mengingat ketika kecil setiap sore pasti selalu disuruh untuk
membeli kopi oleh Bapak. Setelah melihat pemandangan itu entah mengapa rasa
capek yang tadinya menggunung langsung lenyap seketika. Rupanya terkadang kita
lupa akan hal-hal yang terjadi di sekitar lantaran kita terlalu sibuk dengan
fikiran kita sendiri. Padahal banyak sekali hal-hal istimewa yang bisa kita
saksikan langsung di sekitaran kita. Entah itu saat kita berangkat kerja,
pulang kerja, ataupun saat bekerja.
Terima kasih
untuk hal-hal istimewa ini yang membuat aku kembali tersenyum dan sejenak bisa
melupakan keruwetan yang ada.
Love,
Ihat
Lama tak
menulis. Sebenarnya banyak sekali hal-hal yang ingin aku bagi di sini. Entah
mungkin karena penyakit procrastinating aku kambuh lagi atau bagaimana.
Hingga sebuah video reels di Instagram menamparku bahwa lakukan sedikit
dan jangan menunda-nunda.
Pada hari Minggu,
22 Januari 2023 lalu aku berkesempatan untuk mengikuti walking tour bersama
Cerita Bandung. Dengan rute perjalanan Patung Pastor H.C.Verbraak yang berada
di Taman Maluku dan berakhir di Gedung Sate. Ini adalah pertama kalinya untuk
aku mengikuti acara tour kota Bandung. Bermodalkan nekat dan ingin lari dari kenyataan namun tak bisa :D, akhirnya tanpa berharap banyak rupanya namaku masuk di list pada rute perjalanan ini. Tarif untuk
kegiatan ini, Cerita Bandung sendiri menerapkan sistem pay as you wish. Lalu
bagaimana cara kita kisa mengikuti tur ini? Cukup mudah, kita hanya perlu
menunggu jadwal tur yang rilis setiap Rabu malam di akun Instagram Cerita
Bandung @ceritabandung.id, setelah itu kita bisa mengisi form untuk mendaftar
di link yang ada di bio Instagram Cerita Bandung.
|
Doc. Pribadi |
|
Doc. Pribadi |
|
Doc. Pribadi |
Salah satu
hal yang paling menarik dari acara tour minggu lalu, yaitu sejarah
mengenai Stasion Radio Malabar. Meski monumen Doktor de Groot atau yang kerap
disebut dengan monumen Pantat Bugil kini hanya tinggal nama dan sudah berganti
menjadi Masjid Istiqomah, kemudian stasion Radio Malabar sendiri kondisinya
saat ini kini sudah tinggal puing-puing reruntuhan. Ada satu cerita menarik
mengenai dua orang yang berjauhan yang kemudian saling terhubung dengan
menggunakan telepon tanpa kabel. Yaitu seorang anak yang tinggal di Bandung
sementara itu ibunya tinggal di Belanda. Setelah bisa menelfon itu tak lama
sang Ibu meninggal. Hingga kemudian tercipta lah lagu Hallo Bandoeng karya
Willy Derby pada tahun 1929.
Dari kisah tersebut bisa menjadi bahan
renungan dan refleksi untuk diri sendiri, di era canggih seperti saat ini kita bisa
menghubungi semua orang dengan begitu mudahnya tapi entah mengapa selalu kita lupakan.
Contoh, bagi teman-teman yang diperantauan kadang kita lupa, hingga tak sadar
sudah berbulan-bulan tidak pulang ke rumah lalu lupa mengabari orang tua. Sampai-sampai
kita menerima kenyataan bahwa kita terpaksa harus pulang karena kondisi orang
tua kita sakit atau sudah tidak ada. Selama ada kesempatan maka sempatkanlah untuk
menelfon, bertukar kabar, atau pulang sejenak untuk melepas rindu yang melanda.
Karena sungguh tak ada obat selain segera bertemu untuk rindu yang sudah
menggebu.
Semoga di
lain kesempatan bisa kembali lagi mengikuti walking tour dari Cerita Bandung.
Karena sungguh rupanya Bandung menyimpan banyak cerita di setiap sudut yang
kita lewati dan bisa menjadi bahan untuk evaluasi diri.
Love,
Ihat
Have you ever
written about your future? Such as, I wanna have my husband in the future like
bla bla bla. You just write in your book, and day by day goes on. You forgot
about what you’ve written and in the next day. Di hari yang tak pernah kamu
sangka, kamu dipertemukan dengan orang yang persis seperti apa yang telah kamu
tulis.
Satu persatu list
yang pernah aku buat, menceklis dengan sendirinya setiap kali kebenaran tentang
dirimu terungkap. Aku semakin kacau sekaligus bahagia. Rupanya orang yang ku
anggap hanya ada dalam imajinasiku ternyata hidup dan ada di depan mata.
Kamu tahu? Aku selalu
ingin berlari saat mengetahui bahwa apa yang aku imajinasikan perlahan
membentuk utuh dirimu. Seperti menggabungkan puzzle yang berantakan dan kini
mulai tersusun rapih memperlihatkan dirimu.
Diantara rasa senang
sekaligus tak percaya terselip kekhawatiran yang amat dalam. Selalu
bertanya-tanya atas Kuasa-Nya menunjukkan semua ini secara perlahan.
Sering terlontar doa
agar diberi petunjuk untuk satu hentakan agar puzzle itu bisa berantakan dan
aku bisa mengendalikan fikiran yang mengarah pada tujuan yang aku buat.
Aku tak punya harapan
padamu. Karena menaruh harapan kepadamu sama saja aku berkhianat pada Tuhanku. Dan
aku tak ingin Tuhanku marah dengan menjadikan harapanku kepadamu sebagai
boomerangnya.
Melihatmu hadir dan
nyata dihadapanku adalah suatu bentuk Kuasa-Nya atas mimpi dan juga dongeng
yang aku buat sendiri selama bertahun-tahun.
Dan saat ini aku
sedang bermain peran bersama sosok yang aku impikan dalam wujud nyata mengikuti
skenario-Nya. Tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi selalu
yakin bahwa ketetapan-Nya adalah yang terbaik dan jika sudah menjadi ketetapan-Nya
ia tak akan pernah lari meski badai selalu menghalangi.
Love,
Ihat