Photo by veeterzy |
Siang tadi aku memutuskan untuk keluar sejenak mencari udara segar bersama temanku sekalian pergi untuk nugas juga. Begitu di perjalanan rupanya hujan mengguyur tanpa permisi. Aku dan temanku menepi di pom bensin sekalian mengisi bensin juga. Sambil menunggu, sambil mengenakan jas hujan pandanganku terhenti pada sosok Ibu-ibu yang sudah paruh baya sedang menjajakan jualannya. Hatiku terenyuh melihatnya, buliran bening itu sudah mengumpul di pelupuk mata, aku teringat Ibuku di tahun-tahun sebelumnya. Ibuku menjual makanan gorengan dan juga makanan basah tradisional sambil berjalan kaki berkeliling dan mengunjungi rumah-rumah di pagi hari atau di siang hari. Hingga akhirnya kini bisa berjualan dengan menggunakan roda bersama Bapak, tak perlu berjalan lagi mengunjungi rumah-rumah sambil membawa box dagangan yang terasa berat saat diangkat. Sebelum meninggalkan pom bensin itu, aku melirik sebentar pada si Ibu tersebut sambil berucap dalam hati, semoga dagangannya laris manis dan Ibu tersebut diberikan kesehatan.
Tak cukup sampai di sana, begitu aku dan temanku sampai di caffe tempat tujuan kami, di belakang meja tempat kami duduk datanglah satu keluarga. Ada kakek, seorang Bapak, Ibu kemudian anak-anaknya dan entah siapa lagi. Saat aku melewati mereka untuk mengisi air minum, aku melihat Kakek itu hanya banyak diam. Sementara si bapak malah asyik bermain gadgetnya sepertinya sedang menonton video random di TikTok, lalu anak yang lainnya asyik berbincang bahkan ada juga yang bermain games. Kakek itu terlihat kesepian. Matanya menatap kosong. Sejenak perasaanku menghangat, aku jadi ingat almarhum Kakek ku. Almarhum Kakek yang diusir dari rumahnya sendiri oleh anak-anaknya, lalu tinggal bersama kami satu rumah sebelum akhirnya pergi untuk selama-lamanya. Almarhum Kakek yang selalu bertanya kapan aku pulang, ketika aku masih kerja di Pesantren. Almarhum Kakek yang kadang selalu aku ajak ngobrol dan pertanyaan bodoh yang selalu aku selali sampai saat ini adalah,
"Ki, aki kangen enggak sama Nenek?" tanyaku terlontar begitu saja dari mulutku. Yang kemudian membuat raut wajah Kakekku menjadi sendu. Mamah yang saat itu mendengarkan langsung melotot ke arahku. Lalu tak lama Kakekku menjawab,
"Iya atuh, kangen." Jawabnya dengan tatapan kosong menahan rasa rindu.
Almarhum Kakek yang masih menyebut namaku diakhir hidupnya, meminta bantuanku untuk mengambil air minum namun setelah itu dia pergi untuk selamanya.
Rasanya aku ingin sekali berada di antara keluarga itu, mengajak ngobrol si Kakek. Bukannya mengajak ya? Lalu didiamkan dan malah asyik sendiri dengan urusan masing-masing. Lantas tujuannya apa sih ngajak makan bareng keluarga ke sebuah caffe tapi pada akhirnya masih sibuk dengan urusan masing-masing? Aku suka jadi inget kalau lagi kumpul di rumah, Mamah pasti suka ngomel-ngomel kalau kita malah jadi asing karena sibuk dengan handphone sendiri.
Lalu sebelum pulang, ketika berjalan ke arah parkiran aku melihat seorang Bapak-bapak sedang mengajari anak perempuan kecil mengaji di mushola tersebut. Anak perempuan itu menggunakan mukena, alih-alih melihat Al-Qur'an entah Iqra karena aku tak terlalu jelas melihatnya, dia malah menatap wajah Bapak tersebut. Aku tersenyum, teringat aku ketika kecil dulu, karena takut dimarahi ya jadi yang dilihat adalah wajah Bapak bukan Iqranya.
Ngomel-ngomel karena helmet lupa tidak diamankan, lalu basah temanku malah menanggapinya dengan santai,
"Ya gak apa-apa atuh, hujan kan air ini. Ehh, jangan-jangan yang aku juga basah."
Dan ternyata benar, helmet kami berdua basah.
"Inget, sakit itu ada difikiran kamu. Meski helmetnya basah, fikirannya harus tetap afirmasi sehat."
Ada banyak hal-hal istimewa di luar sana yang kita lewatkan begitu saja. Kadang kita terlalu fokus pada sebuah pencapaian, kesuksesan, ketenaran dan melupakan hal-hal yang ada di sekitar ini. Banyak hal yang bisa kita syukuri, alih-alih iri dan juga dengi atas pencapaian orang lain.
Sekian untuk cerita hari ini.