Entah mengapa ya sering ditanya
perkara kapan nikah? Akhirnya terasa memekakkan telinga bahkan kalau udah
terlalu dalam pertanyaannya misalkan temen-temen aku udah terlanjur kepo nih
dengan urusan asmara aku ujung-ujungnya ya aku jadi sentimen gitu. Jadi pengen
ngamuk-ngamuk. Terus pengen ngatain juga kayak,
Lo siapa gue sih? Ngatur-ngatur hidup
gue. Dicariin jodoh buat gue aja kagak apalagi mau bayarin biaya resepsinya? Terus
kalau misalkan suatu saat di pernikahan gue nanti ada apa-apanya lo mau tanggung
jawab?
Tapi ya semua kata-kata itu hanya
mampu terucap di dalam hati, sisanya ya istighfar kemudian gak aku balas pesannya.
Atau mungkin ada orang yang penasaran,
apakah aku pernah dilamar seseorang? Lalu aku jawab belum pernah, mereka diam. Jadi
mereka kira sebelum mereka tahu tentang aku, aku adalah tipikal orang pemilih,
yang suka nolak cowok. Ha! Terbukti kan yang datang aja gak ada, jadi apa yang
bisa aku tolak?
Sometimes, hati aku pastilah terbersit rasa iri kayak yang lain
belum nikah tapi pernah gitu dilamar terus misalkan karena gak cocok ditolak. Lah
aku? Masih gini-gini aja, sendiri. Atau mungkin pernah ada yang ngajakin nikah,
terus ditolak. Lah aku? Belum pernah.
Makannya aku selalu nolak kalau
diajakin bukber. Apalagi di circle yang temen-temen aku hampir semuanya udah
nikah dan bawa anak. Karena yang bikin aku males adalah wejangan mereka sama
aku yang harus inget nikah jangan sibuk kerja mulu. Pengen aku debat tapi gak
enaklah kondisinya lagi kumpul gitu kan. Jadi cuma dibalas dengan senyum mesem
sambil berkata,
“Ya doain yah, niat mah udah ada
cuma gimana ya kalau jodohnya belum dateng aja. Masa aku harus maksa-maksa gitu
sama Allah? Kan gak juga ya. Thank you sih udah ngingetin, tapi lain
kali selain ngingetin boleh dong sambil dikenalian gitu sama temen atau siapapun
yang masih jomlo ke aku.”
Jleb!
Jadi buat temen-temen gak usah
panik ya perkara siapa jodoh aku. Aku aja santai. Bahkan ya nih gegara omongan
kalian pernah suatu ketika aku sampai bela-belain beli buku tentang jodoh. Judul
bukunya itu Menemukan Pangeran Impian yang ditulis oleh Nurimannisa. Dan ternyata
dalam buku itu dibahas ada 7 strategi menjemput jodoh impian. Salah satunya
yang paling menohok adalah di nomor urut 2 yang membahas mengenai Bersihkan
Hati (Healing & Cleansing).
doc.pribadi |
Di point dua ini ada
beberapa sub bab yang memang sangat menampar aku, yaitu berdamai dengan diri
sendiri: memaafkan diri sendiri, membersihkannya dari segala penyakit hati,
kemudian memaafkan dan meminta maaf kepada orang tua.
Ok. The real definition of
loving yourself: forgiving and accepting. Kalau dalam Islam mah Qona’ah ya, menerima segala
pemberian dari Allah Swt. Wah, ngomongnya sih gampang praktiknya yang
bener-bener Masya Allah, bahkan tak jarang harus melibatkan Allah, meminta
pertolongan Allah agar proses ini dimudahkan.
Perkara memaafkan diri ini
alhamdulillahnya ya setiap hari insha allah selalu dilakukan, karena sekarang mindset
nya adalah kalau bukan diri kamu yang sayang dan cinta sama diri kamu sendiri,
lantas siapa lagi? Nah, yang kedua ini nih memaafkan dan meminta maaf kepada
orang tua.
Yap! Gak ada orang tua yang sempurna di dunia ini. Even,
mereka berpendidikan tinggi, tau ilmu parenting, tau ilmu mengasuh anak yang
baik itu gimana. Ya tentu pasti akan selalu ada titik hitam yang menodai.
Suatu hari ketika aku bisa beli baju sendiri dari hasil uang gajihan aku bapak aku malamnya tiba-tiba berkata seperti ini,
“Maafin bapak ya nak. Bapak sampai saat ini belum bisa beliin baju kamu, beliin baju buat Mamamu. Bahkan sekarang kamu bisa beli baju kamu sendiri dari hasil keringat kamu. Maafin bapak ya nak, kemampuan bapak cuma sampai sini. Bukan bapak gak mau bahagiain kalian semua. Bapak juga pengen. Bapak juga pengen anak-anak bapak, Mama bisa milih baju sesuai dengan apa yang mereka mau. Tapi ya beginilah kondisi ekonomi Bapak.”
Aku terdiam kemudian terisak. Rasanya
sakit sekali mendengarnya. Ternyata hal yang aku anggap sepele, seperti aku
bisa beli baju sendiri, rupanya di depan mata Bapaku itu seperti kegagalan dia sebagai
seorang Bapak yang bertugas memberikan nafkah tapi tidak mampu untuk sampai ke
sana.
Bukan hal itu aja sih, I’m so proud when they try to apologize from their mistakes in the past. Karena bagi aku meminta maaf adalah hal yang paling susah dilakukan terlebih dari orang tua kepada anaknya. But, they did it. Kalau teman-teman tau, my parents are not graduated from the top university. No, they’re just graduated from elementary school.
Yah, begitulah. Ternyata setelah membaca buku ini benar-benar dari hal sepele saja harus diperhatikan. Sometimes, I always think like, Allah tuh sayang sama aku. Allah pengen aku melakukan hal positif lainnya sebelum aku nikah biar aku gak ada kata “menyesal” setelah menikah nanti. Dan aku menikah karena memang benar-benar aku yang menginginkan itu dan aku sudah siap untuk membagikan seluruh hidup aku untuk kepentingan keluarga aku nanti.
Mohon maaf agak ngaler-ngidul
nulisnya. Tapi yang pengen aku highlight di sini adalah stop be curious
from my business if you don’t have intentions to help me: just sit, quiet, and
relax. This is my business and you don’t have to interfere.
The last, happy weekend and happy fasting everyone. May Allah always help and protect us in every step.
Love,
Ihat