canva.com |
On last Thursday, I visited my old friend yang baru saja melahirkan anak pertamanya di sebuah rumah sakit di kota tempat tinggalku. Suasana suka cita sekaligus deg-degan menyelimuti ruangan pasien dikarenakan temanku, sang ibu menunggu kehadiran putranya yang masih berada di ruang bayi. Sayangnya pada hari itu aku tidak sempat bertemu dengan bayinya.
Ada satu pertanyaan yang sempat membuat aku agak ciut nyali.
“Tos gaduh sabaraha hiji ayeuna?” Dalam bahasa Indonesia berarti sudah punya berapa sekarang? Pertanyaan itu diajukan oleh Ibundanya teman aku. Aku langsung ngeh. Maksud si ibu adalah anak.
Aku menggelengkan kepala sekaligus menjawab, “Belum nikah Bu,” yang tak lama kemudian ditimpali oleh temanku juga yang sama-sama menggelengkan kepala sambil bilang hal yang sama denganku.
Ibunda teman aku langsung mengusap punggungku, “Gak apa-apa. Tenang. Nanti juga ketemu sama jodohnya kalau sudah waktunya.”
Aku hanya tersenyum masam. Menahan getir.
Well, talking about searching for love, partner, marriage, for me it’s a something tiring. Mungkin karena udah sering kecewa, udah sering banget ngalamin patah hati, so honestly tiap coba kenalan suka nething duluan karena apa? Ya ujung-ujungnya patah sebelum dimulai atau kalau enggak ditinggalin pas udah punya rasa.
Memasuki usia 24 tahun, bagi aku sebagai cewek udah mulai tuh agak ngerasasa khawatir. Beberapa teman sekolah SMA aku dari 11 orang perempuannya 7 orang sudah menikah, 1 sudah tunangan dan sedang mempersiapkan pernikahannya, 3 orang masih single termasuk aku di dalamnya. Terkadang aku juga suka minder kalau udah ada kumpul-kumpul. Entah itu nengok temen atau menghadiri acara pernikahan karena mereka pasti bakal datang sama pasangannya sementara aku? Aku masih diantar jemput Bapak/adik atau enggak biasa pesen ojol. Dan yang paling nyesek kalau udah ditanyain soal calon pasangan kemudian aku jawab, I’m single. I’m still single. Dan dari mereka pada gak percaya.
Ada yang mencoba buat nenangin aku, menghibur aku seperti yang diucapkan oleh Ibu temanku itu, ada juga yang bilang karena aku terlalu sibuk belajar, kerja, bahkan ada yang sampai bilang kalau selera aku ketinggian.
Whatever you said, I don’t care! Cause you would never to be me and you would never to understand me till the end. Masing-masing dari kita punya masalah yang berbeda yang harus dihadapi bukan? Mungkin masalah aku ya di sini. This is my struggle.
Sometimes I would wonder, why is it happened to me? I’m beautiful enough, I’m pretty good, I’m a struggle woman.
I was almost crazy with these my questions. Thus, I try to slow down my mind and I say to myself like: “It’s ok. Your life is not just about searching for love, marriage. There are many important things that shall you do.” Even I truly know. It is so hard to do. But once more life must go on.
Hingga pada shubuh tadi, I just had read an e-mail from Aida Azlin yang dikirim pada 23 November 2021 lalu berjudul Are you seeking? Then you shall find. Her writing really realizes me and touches my heart.
I believe it is the same with searching for love – one may think it has to come in front of a partner, but love comes in many shapes and shades. Perhaps Allah SWT wants you to find love in knowledge, love in servitude, live in friendship, and in many other ways that only He knows what your soul in in dire need of.
Aida Azlin – Are you seeking? Then you shall find
Setelah membaca paragraf ini aku kemudian termenung. Betul urusan mencari pasangan memang menjadi struggle sendiri buat aku tapi cintanya Allah rupanya turun dalam bentuk lain untuk aku. Misal alhamdulillah urusan pekerjaan Allah mudahkan untuk aku, bisa kuliah dari hasil kerja keras sendiri, aku masih punya orang tua yang lengkap yang menyayangi aku, yang tidak pernah menuntut apapun dari aku, yang selalu mendukung di setiap keputusan hidup yang aku ambil. Teman-teman seperjuangan yang selalu ada, mengingatkan dalam hal-hal kebaikan. Adik-adik di rumah yang senantiasa membantu walau kadang menyebalkan.
“To find things with a grateful heart, not with an anxious heart.”
Aida Azlin – Are you seeking? Then you shall find
Dari pada aku capek-capek mengoceh atas hal yang selalu aku cari, dalam hal ini adalah searching for love, lebih baik aku mensyukuri cinta yang ada, cinta yang Allah beri dalam bentuk lain.
Namun terkadang terlintas dalam fikiran hal-hal yang tidak aku inginkan. Selama ini Allah telah memberikan aku cinta dalam wujud lain, nah ketika waktunya cinta dalam bentuk partner itu tiba, aku harus membayarnya dengan melepaskan wujud cinta lain yang aku miliki saat ini. Itu yang aku takutkan. Tapi ya di dunia ini memang betul tidak ada sesuatu yang bisa kita miliki kecuali harus ada pengorbanan yang dilakukan untuk mendapatkannya.
Tak bisa dipungkiri memang. Misal kalau lagi jalan sama temen-temen atau lagi jalan sama keluarga lihat pasangan muda-mudi pergi makan berdua, nonton di bioskop, atau sekedar jalan-jalan dalam hati tentu ada rasa iri.
Kok orang lain bisa ya begitu, kok aku susah sih? Pengen kayak gitu tapi difikir-fikir lagi, buat apa? Pacaran juga gak menjamin kamu bakal nikah sama dia. Yang ada kamu malah ngumpulin dosa. Harusnya kamu tuh bersyukur tiap kali kamu jatuh kemudian Allah patahkan. Itu tandanya Allah sayang sama kamu, biar kamu gak terjerumus sama hal-hal yang Allah gak suka.
Kini memasuki tahun baru aku sudah mulai bisa melepaskan fikiran-fikiran jelimet yang pada akhirnya hanya akan membuat aku kufur nikmat kepada Allah. Sembari menunggu jodoh yang datang, aku bisa bekerja dahulu, mewujudkan mimpi-mimpi yang belum terlealisasi, membahagiakan ke dua orang tua, adik-adik di rumah. Memperbanyak relasi, silaturahmi, mencari ilmu entah itu lewat membaca buku, mendengarkan podcast, menonton YouTube atau film, ikut majelis ta’lim.
Insya Allah, I believe that Allah will meet me with someone who is pleased by Him in His perfect time. Aamiin.
With love,