Refleksi Catatan 9: Karena Memperjuangkan Seorang Diri Itu Melelahkan
![]() |
Photo by Engin Akyurt |
Tak ada yang salah dengan kehadiranmu begitu pula dengan perasaanku untukmu.
Meski pada akhirnya, perasaan itu harus bertepuk sebelah tangan.
Semula, semuanya baik-baik saja. Kita pernah sebegitu dekatnya, seolah hanya berjarak sejauh bulan dari bumi. Tapi perlahan, aku merasakan sesuatu berubah. Kamu menjauh, samar-samar hingga hampir menghilang.
Janji-janji yang dulu biasanya ditepati, kini hanya menyisakan kata yang tak lagi berarti. Pesanku yang dulu selalu kamu balas di sela-sela kesibukanmu, kini dibiarkan menyisakan tanya. Aku memilih menghapusnya, bukan karena tak ingi berbicara, tapi karena akhirnya aku sadar; tak ada gunanya berbicara dengan seseorang yang sudah tak lagi peduli.
Panggilan yang dulu selalu kita nantikan, kini tak lagi ada. Kamu memilih untuk bilang sibuk, tapi nyatanya masih punya waktu untuk bersenang-senang dengan temanmu. Aku tak perlu mencari jawaban lagi. Satu hal yang aku terima: aku memang bukan prioritas dalam hidupmu.
Dulu, kamu sudah mengatakan itu sejak awal dan aku berfikir aku bisa menerimanya. Tapi kini, kamu benar-benar membuktikannya dan aku tak bisa berpura-pura lagi dengan dalih hanya sebatas teman.
Saat kamu mengatakan kamu melihat pesan yang aku hapus dan tanpa membalasnya, membuatku tak membutuhkan penjelasanmu lagi. Sikapmu sudah cukup menjelaskan segalanya bahwa kamu sudah tak peduli lagi denganku.
Jadi kali ini, aku benar-benar mundur.
Mundur.
Bukan untuk menarik perhatianmu, bukan untuk berharap kamu berubah, tapi untuk menyelematkan diriku sendiri. Aku lelah berharap, aku muak menunggu, dan aku kecewa karena terus mengalah. Aku tak ingin menyakiti diriku sendiri lebih dalam lagi.
Harapan yang dulu kupupuk kini telah gugur. Doa yang pernah kupanjatkan kini kutarik kembali. Aku tak ingin lagi memohon kepada Tuhan agar menjadikanmu teman hidupku. Sungguh, aku tak ingin.
Mari kembali asing dengan cerita masing-masing.
Biarkan cerita kita berakhir di sini.
Karena memperjuangkan seorang diri itu melelahkan.
Jangan cari aku lagi.
Seperti yang pernah kamu katakan, aku berhak mendapatkan yang lebih baik darimu.
Terima kasih sudah hadir. Kehadiranmu mengajariku satu hal penting: sebaik apapun seseorang, sesempurna apapun dia memenuhi kriteriamu, jika dia tidak memiliki niat untuk menetap, semuanya akan sia-sia.
Sekali lagi, berjuang sendirian itu melelahkan. Maka kali ini aku benar-benar melepaskan, tak perlu lagi digenggam.
Dan setelah ini, aku hanya akan benar-benar pasrah atas apapun yang Tuhan putuskan untukku, seraya terus belajar mencintai diri sendiri, dengan atau tanpa kehadiran orang lain.
Love,
Ihat
0 Comments